ADVERTISEMENT

Cendekiawan NU Menulis Buku Tentang Penelitian LDII

Selasa, 18 Juli 2023 11:20 WIB

Share
Kegiatan diskusi tentang penelitian LDII. (ist)
Kegiatan diskusi tentang penelitian LDII. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA,POSKOTA.CO.ID - Penerbit Deepublish Yogyakarta menerbitkan penelitian Ust. Dr. Ahmad Ali MD, M.A, seorang dosen dan anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI), tentang nilai-nilai kebajikan yang ada dalam jamaah LDII. Peluncuran buku tersebut dihelat di Jakarta Selatan, pada Senin (17/7). 

"Kami tertarik menerbitkan buku penelitian mengenai LDII, karena sorotan kepada mereka sangat kotroversial. Di satu sisi kami memandang LDII memberikan kontribusi positif sebagai ormas terhadap pembinaan karakter warganya. Sementara di sisi lain, terdapat orang-orang yang mengaku disesatkan oleh LDII,” ujar CEO Deepublish, An Nuur Budi Utama.

Selain rasa penasarannya terhadap LDII yang menjadi latar belakang penerbitan buku itu, Budi memandang perlunya umat Islam memandang dengan jernih kontribusi ormas-ormas atau kelompok-kelompok Islam dalam bernegara,

“Perbedaan itu selalu ada, dan tentu keyakinan dan penerjemahan manusia terhadap teks agama berbeda-beda. Di sinilah perlunya toleransi dan menghormati perbedaan,” tegas Budi. 

Dalam bingkai civil society, keberadaban bangsa sangat ditentukan oleh sumbangsihnya terhadap kemanusiaan dan lebih lebar lagi, bagaimana ormas-ormas bergandengan tangan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberagaman ormas agama di Indonesia merupakan anugerah, yang bisa menjadi potensi besar untuk pembangunan nasional.

"Perbedaan keyakinan adalah persoalan persepsi. Tiap orang meyakini kebenaran dengan berbeda-beda pula. Maka, tidak bisa satu otoritas melabel sesat pihak lain. Kecuali, sudah mengingkari konsensus bersama seperti Pancasila bahkan melakukan tindakan yang melanggar hukum dan ketertiban masyarakat. 

Budi mengajak semua pihak bersabar dalam menyikapi perbedaan. Kelas dominan yang memegang otoritas “kebenaran” pun harus memandang perbedaan tersebut sebagai hal yang natural, “Bila berbeda jangan dipaksakan untuk sama, bila sama jangan dibedakan. Inilah yang menjadi prinsip dalam toleransi beragama di Indonesia yang beragam suku, agama, dan rasnya,” imbuh Budi. 

Ia pun menekankan, setiap kelompok-kelompok agama memiliki dogma tertentu yang hanya berlaku di dalam kelompoknya. Dogma itu biasanya ditekankan dalam acara yang sifatnya internal dan privat, “Menjadi persoalan ketika dogma yang sifatnya internal di-blow up ke ranah publik. Tentu, yang menyebarluaskan dogma dari ranah privat ke ranah publik memiliki maksud tertentu,” katanya. 

Dalam pandangannya, warga LDII sebagaimana umat Islam lainnya yang santun dan ramah. Fokus mereka adalah pembinaan karakter generasi mudanya, “Generasi muda LDII tidak seperti layaknya generasi muda umumnya, yang berhura-hura atau terlibat kenakalan remaja. Ini menjadi salah satu nilai positif dari jamaah LDII,” ujar Budi.

Dalam buku berjudul “Nilai-Nilai Kebajikan dalam Jamaah LDII Dari Amal Saleh Hingga Kemandirian: Menggali dan Mengkreasikan Hikmah dalam Kehidupan”, Ustadz Ali mengirimkan pesan, LDII yang dilabel sesat oleh pihak-pihak tertentu memiliki nilai-nilai kebajikan yang sifatnya universal, dan membangun karakter yang khas bagi warganya.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Agus Johara
Editor: Fernando Toga
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
1 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT