WACANA Surat Izin Mengemudi (SIM) berlaku seumur lagi ramai menjadi menjadi perbincangan publik, mulai dari cafe hotel berbintang lima, rumah makan mewah hingga warteg.
“Wah.. boleh juga tuh kalau SIIM seumur hidup seperti masa berlaku KTP, malah lebih bagus. Bila perlu biaya perpanjangan SIM digratiskan” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Nggak bolak balik memperpanjang, apalagi kalau lewat waktunya urusannya lebih ribet,” kata Yudi.
“Makanya jadi orang harus disiplin, waktunya memperpanjang ya harus diperpanjang, jangan sampai lewat,” kata mas Bro.
“Ini bukan soal disiplin dan tidak disiplin, persoalannya tidak ingat alias lupa, tahu – tahu masa berlaku sudah habis. Lupa kan manusiawi,” tambah Heri.
“KTP saja yang sering kita gunakan kadang lalai, nggak sadar kalau masa berlaku sudah habis, apalagi SIM yang jarang kita gunakan. Keluar dari dompet kalau kita melanggar aturan lalu lintas,”kata Yudi.
“SIM saya malah paling setia. Keluar dompet kalau hendak diperpanjang lima setahun sekali. Maklum si empunya taat berlalu lintas,” urai mas Bro.
“Jadi bagaimana setuju nggak SIM seumur hidup?” kata Heri.
“Kalu saya ikut yang terbaik. Lima setahun sekali nggak masalah,mau seumur hidup lebih bagus, biar nggak bolak – balik memperpanjang,” kata Yudi.
“Kalau seumur hidup pemasukan bisa berkurang dong?,” tanya Heri.
“Ya sudah pasti dong, pemasukan pajak negara menjadi berkurang, kecuali tarifnya dinaikkan, misalnya menjadi lima kali lipat. Pemasukan sektor pendukung juga berkurang, misalnya jasa yang berhubungan dengan pelayanan SIM,” kata Yudi.
“Pemasukan sektor mana saja yang berkurang?” tanya Heri.
“Ya banyak lah, jasa foto copy, parkir, kuliner yang melayani para pemohon SIM, juga pendapatan sampingan biro jasa, biro orang perorang,” kata mas Bro. (jokles)