Anak-anak bisa menjadi rentan karena mereka cenderung mempercayai orang lain dan kesulitan membedakan antara karakter permainan dan kehidupan nyata. Penting bagi orang tua dan pengawas untuk memantau dan mengontrol akses anak-anak ke lingkungan bermain peran.
2. Anak dapat kehilangan identitas dirinya
Berpartisipasi dalam permainan peran yang intens dan terlalu sering dapat menyebabkan anak kehilangan rasa identitasnya. Mereka mungkin terikat pada peran fiksi mereka dan mengalami kesulitan membedakan antara kenyataan dan fantasi. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi perkembangan identitas anak dan hubungan sosial di dunia nyata.
3. Penyalahgunaan waktu berlebih dan berkurangnya aktivitas fisik
Bermain roleplay yang intens dapat menyebabkan anak-anak menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar dan kurang berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sangat penting untuk kesehatan dan tumbuh kembangnya.
Mengandalkan permainan peran dapat mengganggu tidur yang nyenyak, aktivitas sekolah, dan interaksi sosial yang nyata.
4. Roleplay dapat mengganggu kondisi mental
Beberapa jenis permainan peran atau roleplay, terutama permainan peran yang berorientasi pada kekerasan atau orang dewasa, dapat memengaruhi emosi dan kesehatan mental anak-anak.
Konten yang sesuai dengan usia, konflik yang intens, atau karakter dengan sikap negatif dapat memengaruhi persepsi dan perilaku anak di dunia nyata.
5. Menjadi pribadi yang pasif dan anti sosial
Bermain roleplay secara berlebihan rupanya dapat membuat anak terlalu terikat dengan dunia game dan mengalami isolasi sosial. Mereka mungkin menghabiskan lebih sedikit waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya atau anggota keluarga dan lebih memilih permainan peran virtual.
Hal ini dapat mengganggu perkembangan sosial anak dan melemahkan keterampilan komunikasi langsung.