JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Bakal calon presiden RI Anies Baswedan mengomentari ramainya tuduhan dugaan korupsi yang dialamatkan kepadanya soal balap mobil listrik Formula E saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Anies belakangan selalu meminta para pihak yang menuduhnya untuk membeberkan bukti-bukti soal dugaan kasus Formula E itu.
Publik pun kemudian bertanya, kenapa Anies selalu berdalih dan tak mau memberi bukti jika dirinya tak korupsi di gelaran Formula E.
"Memang dimana-mana begitu. Prinsipnya semua yang menuduh harus bawa bukti. Itu tanggung jawab yang memberikan tuduhan. Kalau tidak, hidup seseorang bisa habis waktunya untuk memberi penjelasan atas segala macam tuduhan," kata Anies disitat Kick Andy, Senin 19 Juni 2023.
Kata Anies, selama ini tak pernah ada pihak manapun, termasuk di pengadilan, si pembela membawa bukti. Adapun pihak yang membawa dua alat bukti adalah Jaksa dan Polisi.
Sementara pihak yang disangka nantinya akan memberi counter atas apa yang dituduhkannya. "Jadi ini prinsip sederhana," katanya.
Lantas, jika Anies ditanya apakah dirinya korupsi di Formula E? Dia lantas buru-buru menjawabnya. "Tidak!"
Soal keyakinan, Anies mengaku sangat yakin dengan pernyataannya. Dia bahkan menantang bagi siapapun yang menuduhnya korupsi untuk mengecek semua laporan yang ada.
"Tidak ada (korupsi). Saya tidak melakukan korupsi, dan itu bisa dilihat dari semua laporan yang ada."
Anies kemudian dicecar soal telah melakukan pemborosan anggaran Formula E. Menurut dia, tidak demikian. Sebab publik juga harus melihat dampak besar yang menyertainya.
Terbukti dua kali gelaran Formula E sukses bergulir. Anies bahkan meminta publik untuk menyandingkan Formula E di Indonesia dengan tempat-tempat lain.
"Tentu ada biaya masing-masing. Nah apa manfaat yang diterima? Manfaatnya ya direct income, revenue. Lalu manfaat ekonomi. Menggerakkan perekonomian masyarakat," katanya.
"Dan yang meraih manfaat bukan cuma level tengah ke atas, justru sampai ke bawah, merasakan pergerakan perekonomian itu luar biasa."
Anies lalu mencontohkan soal gelaran Indonesian Fair dengan dana Rp 2 miliar. Dana itu tentu tak akan pernah kembali ke negara. Namun dengan uang tersebut, akan ada transaksi berlipat-lipat ganda, di mana manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.