JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Analis pertahanan Connie Bakrie menduga ada keterlibatan tentara bayaran di balik aksi penyerangan oleh KKB terhadap sejumlah prajurit Kopassus TNI, di Nduga, Papua, beberapa waktu lalu.
Menurut Connie Bakrie, dirinya menduga kuat memang ada keterlibatan tentara bayaran di balik penyerangan KKB terhadap Kopassus TNI, hingga prajurit kebanggaan RI itu disebut luluh lantak.
Connie kemudian juga heran, karena perbedaan data KKB yang dirilis TNI menyebut mereka hanya berjumlah 50 orang. Sementara data yang dirilis Polri, menyebut mereka berjumlah 150 orang.
"Buat aku ini pukulan fatal, ketika tentara khusus kita yang katanya nomor tiga dunia, kenapa kemarin bisa luluh lantak," kata Connie di saluran Youtube R66 Newlitics, Selasa malam, 16 Mei 2023.
Menurut dia, sebenarnya, kemampuan Kopassus TNI untuk menghajar para KKB yang menyerang mereka sangat mudah. Apalagi, Connie mengaku memiliki data berapa jumlah logistik, dukungan, serta berapa personel pendukung dari markas yang tidak bisa disampaikan ke publik.
Akan tetapi, ada faktor lain yang disebut membuatnya marah. Hingga Connie menyebut para Kopassus yang diserang ketika itu sampai kini masih dilanda trauma, akibat melihat betapa sadisnya aksi KKB melakukan penyerangan terhadap TNI.
"Kalau sekarang kita lihat ke rumah sakit, mereka tuh trauma sekali, karena mereka melihat kesadisan yang tidak pernah mereka lihat dalam hidup," kata Connie.
Connie memastikan, adanya keterlibatan tentara bayaran yang masuk dalam kelompok KKB dan menjadi pasukan elite mereka.
"Makanya aku dukung penuh operasi tempur, Panglima Yudo hajar-hajar mereka, sikat saja, kalau perlu tiga angkatan langsung bom-bom saja mereka, selesai!"
Connie lantas menyinggung siapa para tentara bayaran yang dipakai untuk mendukung kegiatan KKB. Salah satu di antaranya adalah, prajurit-prajurit yang disersi.
Hingga akhirnya prajurit-prajurit itu dibayar mahal untuk bergabung dengan mereka, dan hidup di dalam hutan. Padahal di satu sisi, jika tak mendapat bayaran besar, mereka dipastikan tidak akan mau bergabung.
Senada disampaikan eks pengajar sekolah tinggi intelijen Kopassus dan Badan Intelijen Negara, Mardigu Wowiek Prasantyo alias Bossman Sontoloyo.
Dia menduga memang adanya keterlibatan tentara bayaran di balik penyerangan KKB terhadap TNI di Nduga, Papua. Salah satu hal yang paling mencolok adalah penggunaan senapan canggih AR-15, bukan M-16.
Bossman bilang, butuh pembiasaan terlebih dulu untuk menguasai senjata tersebut. Artinya, mereka memang terlatih, dan sadar akan menghadapi 36 prajurit Kopassus, yang 1 orangnya memiliki kemampuan 20 orang.
"Saya lihat fakta saja di lapangan, mereka menggunakan senjata AR-15. Jadi mereka terlatih, untuk menggunakan saja butuh pembiasaan. Bayangkan, kalau harga pelurunya saja 1 senilai 3 dolar, mereka tentu terlatih," kata Bossman di kesempatan yang sama.
"Sebab kalau nembaknya seperti ini, enggak kena, tapi karena mereka terlatih, jadi terbiasa menggunakan itu," kata Bossman soal KKB serbu TNI beberapa waktu lalu.