Sebelumnya, Menteri Investasi Bahlil meyakini keberhasilan menekan inflasi menjadi salah satu pemicu kenaikan tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Joko Widodo.
Bahlil menilai, rumus menekan inflasi yang dilakukan Jokowi tidak ada dalam buku, termasuk literatur ekonomi biasa. Menurut mantan Ketua Umum HIPMI itu diperlukan instrumen khusus yaitu moneter di Bank Indonesia (BI) dan diterapkan melalui kebijakan pengetatan moneter seperti menahan peredaran rupiah.
"Kebetulan ini cara pengelolaan inflasi Pak Jokowi beda dengan umumnya, di luar kelaziman. Dulu lewat kebijakan fiskal, naikkan suku bunga atau turunkan suku bunga BI rate," katanya.
Bahlil menceritakan cara Jokowi mengelola inflasi di luar kelaziman dan sangat rinci, misalnya ketika 6 persen, sang kepala negara meminta jajarannya menjelaskan sumber-sumber kontribusi inflasi.
Menurut Bahlil, kontribusi terjadinya inflasi setelah dicek adalah bahan pokok termasuk minyak goreng, lalu Presiden Jokowi membuat formulasi bahwa pengendalian inflasi tidak hanya mengendalikan regulasi di Bank Indonesia.
Bahlil menceritakan cara presiden Jokowi dalam mengendalikan harga dalam meminta Pemerintah Daerah (Pemda) turut berperan dalam mengendalikan inflasi yang terpengaruhi melonjaknya harga bahan pangan pangan.
Pria asal Fak-Fak Papua itu mencontohkan dengan memberikan subsidi ongkos logistik agar harga bawang merah di sentra produksi Brebes dan Lampung yang sedang melonjak.
"Dengan begitu, harga yang didapatkan di satu daerah relatif sama dengan daerah asal kebutuhan pokok tersebut harga menjadi terkendali dengan stabil," terangnya.
Bahlil menjelaskan bahwa biaya subsidi transportasi angkutan bahan pokok nilainya kecil namun dampaknya sangat besar dan meluas. (deny)