SERANG, POSKOTA.CO.ID – Santri Ponpes Al-Islam Kota Serang memiliki tradisi khusus dalam ngabuburit selama bulan ramadhan.
Mereka berbondong-bondong berkumpul disebuah majelis dengan mengkaji kitab gundul atau kitab kuning.
Disebut kitab gundul lantaran kitab yang berbahasa Arab tidak memiliki harakat atau tanda baca Qur'an.
Metode yang digunakan, seorang Ustad akan menjelaskan isi dan maksud materi yang tertuang dalam kitab. Sedangkan santri akan mencatat dan bertanya jika masih ada yang belum dipahami.
Wakil Pimpinan Ponpes Al-Islam, Cece Asasudin mengatakan, mengkaji kitab gundul sudah menjadi tradisi ngabuburit santri di bulan ramadhan.
Dalam satu bulan berpuasa, satu kitab akan dikupas tuntas sampai tamat. Sehingga pelajaran agama dapat tersampaikan secara runut kepada santri.
"Ramadhan sekarang sambil menunggu buka puasa kita mengkaji Kitab Sullamut Taufiq setiap hari," katanya, Kamis (13/4/2023).
Ia menjelaskan, isi Kitab Sullamut Taufiq membahas tentang Fiqih. Hal-hal yang wajib dilaksanakan dalam Islam dikupas tuntas agar dapat dijalankan santri.
"Kalau Kitab Sullamut Taufiq sendiri menjelaskannya mengenai Fiqih. Kayak yang dikaji sekarang mengenai tentang wajibnya salat 5 waktu. Isinya tentnag fiqih islam," jelasnya.
Ia menuturkan, mengkaji kitab gundul sudah menjadi kewajiban bagi Ponpes Al-Islam. Mengingat kitab tersebut ditulis oleh ulama klasik.
"Kitab gundul, kalau disebutnya kitab kuning. Kitab klasik, sebuah tradisi pesantren untuk mengkajinya. Kita menerapkan sambil mengkaji kitabnya, menerapkan juga ilmu Nahwu Shorof," tuturnya.
Menurutnya, setiap ramadhan sudah menjadi tradisi bagi santri mengkaji kitab jelang buka puasa dan setelah tarawih.
Bagi santri yang tidak mengikutinya, bakal diberikan peringatan agar tidak malas dalam belajar.
"Jumlah santri di sini 200. Program khusus cuma mengkaji kitab dihatamkan. Kalau kajian tiap hari kalau hari biasa," paparnya.
Sementara itu, Santri Ponpes Al-Islam, Selin Rohman berujar, tema kajian yang dibahas dalam Kitab Sullamut Taufiq yang sedang diajarkan tentang waktu salat.
"Contohnya mengenalkan salat waktu zuhur, ada namanya istilah waktu istiwa, itu kita belum boleh melaksanakan salat, kecuali ada bayangan kita condong sedikiti, baru boleh salat," ujarnya.
Ia mengaku ada sedikit kesulitan saat mempelajari Kitab Sullamut Taufiq lantaran tulisannya gundul.
"Kalau kesulitan ada, tapi kalau semua dijalanin ilmu Nahwu Shorof, insya Allah bisa mudah. Insya Allah (lancar baca kitab gundul)," ucapnya. (Bilal)