ADVERTISEMENT

Kopi Pagi Harmoko: Politik Kolaborasi

Senin, 10 April 2023 05:23 WIB

Share
Kopi Pagi Harmoko
Kopi Pagi Harmoko

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“Kolaborasi akan semakin kuat jika diawali dengan keterbukaan dan kejujuran. Kian solid jika masing- masing pihak melepaskan ego sektoral, ego kekuasaan dan kekuatan demi kepentingan yang lebih luas lagi, yakni bangsa dan negara.”-Harmoko – 

Terdapat sejumlah istilah politik yang tak asing lagi bagi kita. Sejakdulu pun sudah dikenal politik air hangat, burung unta, buka keran, pintu terbuka, dan dagang sapi. Setahun jelang pemilu 2019 pun mencuat istilah politik hantu, genderuwo, sontoloyo dan masih banyak lagi.Kini, jelang pemilu 2024, banyak dikupas soal politik identitas. 

Semua pemangku kepentingan berharap agar para elite dan kandidat meninggalkan politik identitas guna mencegah polarisasi (pembelahan sosial menyusul terbangunnya fanatisme dukungan berdasarkan keberagaman identitas).

Siapapun yang terlibat dalam kontestasi diminta pula tidak menebarkan politik adu domba karena dapat mengancam persatuan dan kesatuan. Dengan adu domba tak ubahnya memproduksi perselisihan dan perpecahan.

Semua pihak tentu berharap Pemilu 2024 menjadi era baru politikIndonesia, politik yang mencerahkan, bukan menggelapkan. Politik yang menggerakkan kemajuan bangsa, bukan memundurkan bangsa. Politik yang memakmurkan bangsa, bukan memiskinkan bangsa.Cukup sudah, hampir satu dekade ini bangsa Indonesia alami pembelahan sosial.

Stop sampai di sini, dengan mengedepankan “politik kolaborasi”,bukan segregasi (pemisahan), lebih – lebih polarisasi.Maknanya, politik yang menjadikan keutuhan bangsa di atas segalanya,diatas kepentingan individu, kelompok, golongan dan kekuasaan. Ini dikandung maksud bahwa perbedaan dan keberagaman adalah keniscayaan yang hendaknya dijadikan kekuatan untuk mempersatukan, bukan memecah belahkan, bukan pulasemakin mengkotak – kotakan perbedaan.Bukan pula menaburkan prasangka dan rasa curiga, bukan menebar permusuhan, kebencian dan saling menjatuhkan.

Kontestasi politik yang dibangun hendaknya mengutamakan nilai – nilaikebaikan, keluhuran, kemajuan dan kemaslahatan masyarakat,bukan keuntungan pribadi (privat) dan para kerabat.Politik kolaborasi semakin menjadi penting menyongsong pemilu serentak,menuju era pemerintahan baru.

Paradigma kolaborasi harus menjadi inspirasi dalam setiap gerak langkah ke depan. Mengapa? Jawabnya tantangan persoalan bangsa ke depan semakin kompleks.Selain pembelahan politik yang kian tajam di masyarakat, jelang pemilu,ketidak stabilan ekonomi dunia dan geopolitik internasional adalah fakta yangtidak terbantahkan.

Sering dikatakan bahwa dunia saat ini dihadapkan pada tantangan 5 C,yaitu Covid-19, Conflict Ukraina, Climate Change,tingginya Commodity Price dan tingginya Cost of living yang mengakibatkan inflasi.Beragam ancaman krisis akan semakin menambah tingkat kerawanan sosial,hingga diprediksi untuk beberapa tahun ke depan.

Akan semakin rumit, jika kerawanan sosial ekonomi ini ditambah lagiadanya kerawanan politik jelang pemilu menyusul kian menyebar dan mengkristalnya pembelahan dalam masyarakat.Politik kolaborasi dibutuhkan untuk melawan politik polarisasi, guna mengakhiri pembelahan politik.Sebab, kolaborasi adalah bentuk kerjasama yang di dalamnya terjalin interaksi, ada kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung sepertidikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT