Sekalipun indikasi politik uang begitu kasat mata.
Karena tadi, hanya kepatuhan kepada norma sosial, dengan sanksi sosial yang melekat di dalamnya bagi para pelanggarnya.
Lepas masih adanya pemberian bantuan yang disertai harapan, acap pula imbalan dan tekanan, tetapi sikap peduli dengan saling berbagi kian dibutuhkan, di era kekinian.
Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, resesi global, dan beragam ancaman krisis yang melanda dunia, termasuk negeri kita, saling berbagi menjadi satu solusi mengatasi masalah sosial.
Bukan saja orang kaya perlu menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka yang membutuhkan.
Bahkan juga menyisihkan kemampuan yang dimiliki untuk kemajuan masyarakat sekitar.
Sebut saja networking, akses jaringan pasar dan permodalan dari mereka yang pengusaha besar kepada pengusaha kecil dan menengah, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Para pejabat negeri, politikus hendaknya bisa mengambil momen ini, bukan mengedepankan kepentingan pribadi dan politiknya, tetapi lebih kepada demi kemaslahatan umat.
Untuk memajukan dan menyejahterakan rakyat.
Bahwa kemudian, terdapat efek positif tumbuhnya simpati publik, itu lebih terhormat, ketimbang memaksakan simpati publik melalui pemberian bantuan dengan imbalan, tekanan dan paksaan.
Inilah yang perlu dibangun melalui keteladanan.
Siapa yang meneladani? Jawabnya siapa pun bisa meneladani, lebih-lebih mereka yang punya kemampuan dan kewajiban meneladani melalui kewenangan, kekuasaan dan jabatan yang dimiliki. (Azisoko)