ADVERTISEMENT

Kopi Pagi Harmoko: Berbagi Tanpa Imbalan

Senin, 3 April 2023 06:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Pertolongan yang dibayangi harapan, imbalan dan tekanan, bukan menyelesaikan masalah, tetapi menambah masalah bagi orang yang sedang menghadapi masalah.

Dalam tahun politik ini, bantuan semacam itu, membagi-bagikan sembako dan uang, dengan berharap imbalan, bisa tergolong money politic.

Disinilah perlunya keteladanan pejabat publik, elite politik bahwa memberi bantuan atas dasar kesadaran dan tanggung jawabnya sebagai pejabat negara atau wakil rakyat.

Pemberian, apapun bentuknya, sebagai upaya meringankan beban hidup yang kian berat, lebih-lebih menghadapi bulan puasa dan lebaran.

Bulan yang, lazimnya, disebut sebagai bulan kenaikan harga.

Tak berlebihan kiranya, aksi sosial seperti ini, menolong orang lain  tanpa berharap imbalan, lebih pas dikatakan “saling berbagi”, ketimbang disebut pemberian bantuan.

Kegiatan kemanusiaan sejatinya telah lama diajarkan dan diterapkan oleh para leluhur kita yang kemudian dikristalisasi oleh para pendiri negeri dalam falsafah bangsa sebagai pedoman hidup.

Dalam pepatah Jawa dikenal "Sepi ing pamrih, rame ing gawe" artinya tidak berharap pamrih (pengharapan/ penghargaan), meski  ramai dalam pekerjaan/kegiatan.

Arti  yang tersirat adalah anjuran agar setiap orang yang hendak menolong orang lain, lakukanlah dengan ikhlas tanpa berharap apa pun baik berupa pujian, sanjungan, pengakuan, imbalan materi atau balas jasa.

Sering dikatakan, gemar menolong-berbagi dengan sesama merupakan bagian dari kepatuhan terhadap norma sosial yang sudah lama ada karena begitu besar manfaatnya.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT