ADVERTISEMENT

Kopi Pagi Harmoko: Politik Beradab

Senin, 27 Februari 2023 11:18 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“Ojo dumeh, ajakan untuk selalu introspeksi diri ketika seseorang sudah dihinggapi sifat “dumeh” karena telah menyandang sejumlah predikat baik harta benda, pangkat, jabatan, kedudukan dan kekuasaan.”
-Harmoko-

SALING kritik antar kader parpol mulai mewarnai suhu politik jelang perhelatan akbar, Pemilu serentak 2024. Kita dapat menyaksikan saling kritik acap terjadi pada parpol yang selama ini ‘berseberangan’.

Dapat diduga, intensitas kritik kian meluas begitu memasuki masa kampanye pilpres, bulan November mendatang. 

Apakah saling kritik itu salah? Jawabnya tidaklah salah. Itulah dinamika politik setiap pemilu. Yang salah jika mengemas kritik dengan tujuan untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Mengadu domba agar masyarakat, di akar rumput terpecah karena disemai bibit untuk saling membenci.

Dalam negara berdemokrasi, kritik adalah keniscayaan. Kritik diperlukan bagi setiap orang, siapa pun dia, apapun status dan jabatannya serta latar belakangnya. Bahkan, melalui kolom ini pernah disampaikan bahwa kritik bisa menjadi “obat kuat”, jika: disikapi secara bijak;  tidak melihat siapa yang menyampaikan kritik; dan ada upaya memperbaiki kekurangan diri.

Tidak kalah pentingnya adalah merenung diri, bertanya kepada diri sendiri, “mengapa orang lain menyampaikan kritik?”

Perenungan diri menjadi penting agar tidak terlena oleh keadaan, oleh banyaknya pujian dan sanjungan yang datang silih berganti. Sementara kita wajib meyakini tidak semua sanjungan itu tulus. Kadang sanjungan yang berlebihan dapat memabukkan, membuat lupa diri, hingga dapat menciptakan kesombongan.

Tak sedikit tokoh hebat dunia tergelincir dari kekuasaannya karena terbuai bujuk rayu, pujian dan sanjungan. Lebih – lebih kesombongannya karena merasa dirinya paling hebat, paling segalanya. Termasuk merasa yang paling benar.

Sifat “keakuan” diri inilah yang cenderung abai terhadap saran dan masukan  ataupun kritikan dari orang lain. Padahal kritik itu memotivasi untuk melakukan perbaikan.

Melalui kritikan, kita dapat mengetahui di mana letak kekurangan. Kita dapat mengukur sejauh mana tindakan yang sudah dilakukan. Jika seorang pejabat, sudahkah tindakannya, kebijakannya sesuai harapan dan kehendak masyarakat, dapat diketahui di antaranya dari kritikan, bukan dari pujian dan sanjungan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT