Oleh: Dimas Azisoko
"Negara wajib hadir memberi perlindungan untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat kecil. Perlindungan tidak selesai pada pelaksanaan program, tetapi sampai terwujudnya kemandirian dan keunggulan baru.” - Harmoko-
Negeri kita memiliki keunggulan sejati, keunggulan yang tidak dimiliki negara lain, yakni keunggulan di bidang seni dan budaya serta kekayaan alam. Kekayaan sumber daya alam yang tiada tara, sering disebut “gemah ripah loh jinawi” – tanahnya subur makmur, tukul tanpa tinandur (tumbuh tanpa perlu ditanam). Dunia pun memberinya nama “Zamrud Khatulistiwa” atau The Emerald of Equator.
Sebuah julukan yang diberikan oleh negara – negara lain di dunia karena kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah, memukau serta letak geografisnya yang dilintasi garis khatulistiwa.
Jika dilihat dari atas,negeri kita dikelilingi hutan, pegunungan hingga sabana, tampak hijau dan menyejukkan layaknya batu zamrud.
Keunggulan sejati inilah yang hendaknya terus dijaga, dirawat dan dikembangkan terus menerus menjadi keunggulan mutlak sebagai alat tawar ( negosiasi ) untuk mengembangkan ekonomi dan perdagangan di dunia, setidaknya di Asia. Lebih-lebih sebagai potensi memajukan negeri.
Di sisi lain, negara disebut memiliki keunggulan mutlak jika mampu memproduksi barang dan jasa yang tidak diproduksi negara lain.
Cukup banyak produk barang dan jasa bangsa kita yang tidak dimiliki negara lain baik di bidang industri pertanian maupun perdagangan, apalagi di sektor seni dan budaya.
Di sektor pertanian seperti kopi misalnya, Indonesia memiliki beragam rasa kopi dari sejumlah daerah yang diminati dunia. Indonesia mampu memproduksi secara lebih efisien dengan harga yang lebih murah dibanding negara lain.
Artinya negara lain memproduksi barang yang sama, tetapi kopi Indonesia lebih unggul dalam rasa dan harga.
Kopi kita digandrungi rakyat sejumlah negara, seperti Mesir, Jepang, Amerika dan beberapa negara di Eropa.
Tak heran jika diplomasi kopi sebagai soft approach Indonesia dalam membangun kerja sama dengan negara lain. Soft diplomacy menggunakan kopi sebagai salah satu strategi pemerintah, selain memperluas pasar kopi Indonesia di dunia, juga menjaga hubungan diplomatik bagi kedua negara, yang tentunya berimbas pada politik, ekonomi dan sosial.