ADVERTISEMENT

Pembangunan IKN Bikin Cemas Aktivis Lingkungan

Kamis, 23 Maret 2023 17:00 WIB

Share
Jembatan Pulau Balang Besar menuju Ibu Kota Negara Nusantara di Sepaku Kalimantan Timur.
Jembatan Pulau Balang Besar menuju Ibu Kota Negara Nusantara di Sepaku Kalimantan Timur.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

POSKOTA.CO.ID - Banyak aktivis lingkungan dicemaskan dengan pembangunan ibu kota baru Nusantara atau IKN.

Mereka menilai pembangunan tersebut mengancam habitat fauna endemik. Seperti monyet berhidung panjang yang terancam punah, lumba-lumba Irrawaddy, dan orangutan.

Pemerintah memang berjanji melindungi satwa liar dan melakukan reboisasi besar-besaran di beberapa bagian ibu kota yang telah dipasarkan kepada investor sebagai kota yang cerdas dan hijau itu.

Namun para pemerhati lingkungan mewaspadai pembangunan senilai $ 32 miliar di area seluas hampir 260.000 hektare, hampir empat kali ukuran Singapura, pasti akan berdampak signifikan pada lingkungan.

“Kekhawatiran terbesar kami adalah teluk Balikpapan akan berubah menjadi kolam raksasa, tempat limbah sisa dari kegiatan Nusantara,” kata Direktur Pokja Pesisir Mappaselle seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (22/3/2023).

Sekitar 400 hektare hutan bakau di sepanjang garis pantai teluk Balikpapan telah dibuka menurut perkiraan kelompok itu untuk dijadikan pelabuhan batubara dan kilang minyak.

Mappaselle khawatir lebih banyak lagi hutan bakau yang akan dihancurkan ketika jalan tol baru yang menghubungkan Nusantara ke kota terdekat Balikpapan dibangun. Apalagi sebuah sebuah pelabuhan juga akan dibangun khusus untuk kegiatan transportasi bahan bangunan.

Otoritas Ibu Kota Nusantara mengatakan bakau akan ditanam di daerah lain untuk mengimbangi penghancuran itu dan pedoman ramah lingkungan telah dibuat untuk menghindari bentrokan antara para pekerja dan hewan liar.

“Ini adalah kepedulian yang sangat tinggi tentang bagaimana kita akan berusaha untuk memiliki keharmonisan antara manusia, alam dan budaya… karena itulah jiwa kota ini,” kata Kepala Otorita IKN Bambang Susantono.

Kekhawatiran yang sama disuarakan organisasi Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di Kabupaten Samboja, Kalimantan Timur, yang sejauh ini menampung 127 orangutan yang kemudian akan dilepasliarkan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT