AS, POSKOTA.CO.ID - Bayi tikus yang berasal dari dua induk jantan berhasil diciptakan.
Sel punca dua tikus jantan diubah menjadi sel betina oleh para ilmuwan.
Keberhasilan perdana dalam dunia ilmu pengetahuan ini memunculkan setitik harapan bahwa hal serupa dapat diterapkan pada manusia.
Namun para pakar memperingatkan sangat sedikit embrio tikus yang lahir hidup dan tidak ada yang tahu apakah teknik yang sama akan bekerja pada sel punca manusia.
Sel punca adalah sel induk yang memiliki kemampuan berkembang biak.
Ahli sel punca dan reproduksi di Universitas California San Francisco Diana Laird menyambut baik penemuan tersebut.
“Ini adalah strategi yang sangat cerdas yang dikembangkan untuk mengubah sel punca laki-laki menjadi sel punca perempuan,” katanya seperti dikutip dari Associated Press.
Meski tidak terlibat dalam penelitian tersebut tetapi dia menegaskan,“Ini adalah langkah penting dalam sel punca dan biologi reproduksi.”
Para ilmuwan memaparkan cara kerja penelitian mereka dalam jurnal Nature pada Rabu (15/3/2023).
Mereka mengambil sel kulit dari ekor tikus jantan dan mengubahnya menjadi “sel punca berpotensi majemuk yang diinduksi.” Sel tersebut dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel atau jaringan. Kemudian sel tersebut melalui proses pertumbuhan dengan menggunakan obat, dan para peneliti mengubah sel punca tikus jantan menjadi sel betina, dan menghasilkan sel telur fungsional. Akhirnya membuahi sel telur tersebut dan menanamkan embrio ke dalam tikus betina. Sekitar satu persen embrio, 7 dari 630, tumbuh menjadi anak tikus hidup.
Diana Laird dan rekannya, Jonathan Bayerl, dalam komentar yang diterbitkan bersamaan dengan studi tersebut mengatakan karya itu membuka jalan baru dalam ilmu biologi reproduksi dan penelitian kesuburan untuk hewan dan manusia. Suatu ketika, misalnya, hal serupa mungkin dapat diterapkan pada mamalia yang terancam punah melalui satu sel jantan.
Mereka menuliskan penelitian tersebut bahkan mungkin menyediakan templat untuk memungkinkan lebih banyak orang seperti pasangan sesama jenis laki-laki memiliki anak kandung sambil menghindari masalah etika dan hukum donor sel telur.
Namun mereka mengatakan tidak jelas mengapa hanya sebagian kecil dari embrio yang ditempatkan pada tikus pengganti yang selamat. Alasannya bisa teknis atau biologis.
Masih terlampau dini untuk mengetahui apakah protokol tersebut akan bekerja pada sel punca manusia demikian ditekankan para ahli. ***