“KELEDAI saja tidak mau terperosok ke lubang yang sama, apalagi kita sebagai
manusia,” ujar mas Bro selagi maksi di warteg langganan.
Mendengar ucapan mas Bro, kedua sohibnya Yudi dan Heri langsung
komen,” Maksud kamu apaan Bro, nyindir kami?”
“Saya nggak nyindir kalian, ini hanya curhatan pribadi saja,” jawab mas Bro.
“Apa kamu terjebak untuk kedua kalinya pada pinjol?” kata Heri
“ Enggak juga. Kami hanya meratapi diri, karena belakangan ini semakin sulit
membeli minyak goreng rakyat. Minyak goreng untuk rakyat, tetapi rakyat sulit
membelinya” urai mas Bro.
“Sulit membeli karena tak ada uang?” tanya lagi Heri.
“Bukan hanya uangnya yang pas- pasan, tetapi migornya juga langka. Tahun
kemarin kami juga mengalami hal yang sama, bukankah ini bagaikan
terperosok ke lubang yang sama,” kata mas Bro.
“Itu sih,mungkin nasib Bro,” timpal Yudi asal.
“Kalian sebagai sohib nggak boleh ngomong gitu dong. Minyak goreng rakyat
memang lagi langka, selain harganya yang naik. Untuk membeli harus berebut
karena stoknya kian menipis di pasaran,” kata Ayu Bahari, pemilik warteg.
“Jadi kalaupun dikatakan bagaikan terperosok ke lubang yang sama bukan
kamu Bro, tapi migornya,”kata Heri ngasal.
“Memang migornya bisa jalan sendiri hingga terperosok,” sela Ayu.
“Jadi yang terperosok siapa di sini?,” tanya Yudi.
“Yang membawa migor dong, emang siapa menurut kalian?” tanya Ayu.
“Saya juga bingung Yu. Soalnya yang membawa migor itu banyak sekali. Mulai
proses produksi, distribusi hingga ke tangan konsumen,” kata Heri.
“Ya udah ga usah saling menyalahkan. Kita berdoa semoga migor tidak
kembali bikin tekor kita semua.Apalagi jelang Puasa, kalau inflasi tinggi, kita –
kita juga yang kena dampak ,” ujar Ayu bijak.
“Tapi saya ngganjel Yu, mengapa kembali terulang?” urai mas Bro. (jokles).