“Seperti negativisme sosial, hate speech, hoax, bullying, tidak menghormati identitas kolektif pihak lain. Untuk ini, maka dalam masyarakat perlu dikembangkan nilai nilai demokrasi, hormat menghormati, respect to others, keadaban, toleransi, kesetaraan,” ucapnya.
Wahyudi melanjutkan, peran dari media masa dan media sosial juga penting untuk menyuguhkan narasi yang positif serta tidak memprovokasi.
“Media massa dan media sosial harus netral dalam mengunggah berita. Pernyataan elit atau manajemen klub tidak boleh provokatif,” katanya.
Wahyudi juga meminta Caketum PSSI bisa menghadirkan gagasan dan program dalam pengelolaan sistem sepak bola agar tidak menimbulkan kecurigaan dan kekecewaan, baik bagi suporter maupun klub, seperti halnya kepemimpinan wasit sebagai pengadil lapangan yang adil.
“Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sistem sepak bola nasional dalam semua jenjang sehingga tidak menimbulkan syak wasangka, ataupun fitnah,” ucapnya.
Selain itu, Wahyudi juga mendorong para pemilik klub untuk mengalokasikan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mengedukasi para suporternya agar tertib, saling menghormati, dan toleransi dengan suporter lainnya.(*)