ADVERTISEMENT

Sosiolog: Caketum PSSI Terpilih Harus Bentuk Komite Tuk Cegah Konflik Antar Suporter

Selasa, 7 Februari 2023 17:10 WIB

Share
Saat laga Persib vs PSS, sosok provokator ini diduga oknum pembuat kerusuhan. Sosiolog meminta agar caketum PSSI terpilih membentuk Komite Suporter tuk cegah konflik. (Foto: Instagram/Persib Day).
Saat laga Persib vs PSS, sosok provokator ini diduga oknum pembuat kerusuhan. Sosiolog meminta agar caketum PSSI terpilih membentuk Komite Suporter tuk cegah konflik. (Foto: Instagram/Persib Day).

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“Saya kira Suporter membutuhkan Forum atau Badan atau Lembaga yang bisa menaungi dinamika suporter. Seandainya ada Kegiatan atau Program Liga Suporter, maka akan dapat berfungsi sebagai media komunikasi antar suporter yang bagus,” jelas Wahyudi.

“Liga Suporter bukan untuk kompetisi antar suporter, tapi untuk mempertemukan para suporter dalam rangkaian kegiatan di luar menonton kompetisi Sepakbola,” imbuhnya.

Selain itu, berkaca pada berbagai kasus konflik antar suporter Wahyudi menyarankan untuk mengarahkan rivalitas antar suporter ke arah yang lebih positif, seperti membuat rekayasa sosial agar dalam sistem dan struktur masyarakat dijauhkan dari serangkaian penyakit sosial.

“Seperti negativisme sosial, hate speech, hoax, bullying, tidak menghormati identitas kolektif pihak lain. Untuk ini, maka dalam masyarakat perlu dikembangkan nilai nilai demokrasi, hormat menghormati, respect to others, keadaban, toleransi, kesetaraan,” ucapnya.

Wahyudi melanjutkan, peran dari media masa dan media sosial juga penting untuk menyuguhkan narasi yang positif serta tidak memprovokasi.

“Media massa dan media sosial harus netral dalam mengunggah berita. Pernyataan elit atau manajemen klub tidak boleh provokatif,” katanya.

Wahyudi juga meminta Caketum PSSI bisa menghadirkan gagasan dan program dalam pengelolaan sistem sepak bola agar tidak menimbulkan kecurigaan dan kekecewaan, baik bagi suporter maupun klub, seperti halnya kepemimpinan wasit sebagai pengadil lapangan yang adil.

“Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sistem sepak bola nasional dalam semua jenjang sehingga tidak menimbulkan syak wasangka, ataupun fitnah,” ucapnya.

Selain itu, Wahyudi juga mendorong para pemilik klub untuk mengalokasikan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mengedukasi para suporternya agar tertib, saling menghormati, dan toleransi dengan suporter lainnya.(*)

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT