JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pemerhati Sepak Bola Siswanto Paijo mengatakan saat ini masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk mengurai permasalahan sepak bola tanah air. Seperti tragedi Stadion Kanjuruhan yang menurutnya menjadi wujud dari bobroknya tata kelola sepak bola di Indonesia.
Menurutnya, komitmen pemerintah Indonesia dan FIFA untuk “mentransformasi sepak bola Indonesia secara menyeluruh” pasca-tragedi di Stadion Kanjuruhan dinilai akan sulit terwujud sepanjang kepengurusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak dirombak.
"Transformasi total sepak bola tanpa perombakan PSSI itu mustahil bisa terwujud perbaikan. Harus ada perubahan di PSSI. Memang harus ada regenerasi dari PSSI supaya semangatnya ini semangat baru lagi dan punya terobosan baru," kata dia saat dihubungi, Minggu (1/1/2022).
Selama ini, kata Siswanto, jargon revolusi PSSI selalu menghiasi wacana pergantian kepemimpin di tubuh federasi sepak bola nasional. Tapi tidak disertai perombakan, hasilnya sama aja. "Sudah berapa kali kita KLB, tapi toh sama aja. Revolusi tanpa perombakan PSSI itu hasilnya ilusi bagi perbaikan sepak bola nasional. Jangan hanya formalitas," terangnya.
Akademisi di Universitas Trisakti ini mencatat persoalan yang kerap dilakukan pengurus PSSI saat ini. "Contohnya, penyelanggaraan Liga 1 yang tetap berjalan di tengah berlangsungnya Piala AFF 2022 juga menjadi bukti buruknya manajemen PSSI dalam mengelola liga," sentil Siswanto
Dia mengatakan, jadwal pertandingan yang berbenturan akan membuat pemain Timnas tidak fokus membela negara.
"Ini kan Liga 1 berbarengan sama AFF, kemarin juga agak rancu kegiatannya jadi pemain-pemain Timnas itu tidak fokus. Itu harusnya diliburkan saja sampai selesai AFF begitu," ungkapnya.
Karena alasan tersebut, dia mendesak dilakukannya pembenahan secara total dan mendasar dalam tubuh PSSI atau dilakukannya Revolusi PSSI.
"Harus ada perubahan di PSSI. Standarnya memang sudah bagus, tapi pola rekrutmennya itu perlu dievaluasi lagi," kata dia.
Sebab menurutnya, saat ini manajemen sepak bola Indonesia masih diurus oleh orang-orang dulu yang secara materi sudah tidak sesuai dengan kebutuhan zaman.
"Yang sekarang ini menurut saya masih orang-orang tua yang kelola, sehingga harus ada tokoh muda yang mampu membawa perubahan di PSSI," ungkapnya.