ADVERTISEMENT

Dinasti Politik Kian Menggelitik

Senin, 30 Januari 2023 12:59 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT


Menjadi soal, jika terjadi “abuse of power”, penyalahgunaan kekuasaan mulai dari proses rekrutmen calon pejabat publik hingga setelah terpilih dan menjalankan fungsi dan tugasnya. 

Dimana, jejaring kekuasaan yang dimiliki digunakan untuk memperkaya keluarganya, kerabatnya, dengan memudahkan dan meloloskan proyek yang dikehendaki.

Kesempatan menjadi tidak merata karena keuntungan akan didapat pihak yang memiliki hubungan dengan pemangku kekuasaan dan pengambil kebijakan.


Jika sudah demikian, dinasti politik berdampak kepada mundurnya 
pembangunan dan pelayanan publik. 

Mengapa?  Semua aktor (kelompok dinasti) baik dalam dan luar pemerintahan mendapat jatah dan akses ke kekuasaan. 

Kondisi seperti ini akan mengaburkan dan meniadakan fungsi checks and balances. 
Sementara lemahnya fungsi pengawasan dapat membuka peluang merebaknya KKN.

Dinasti politik bukan hanya di Indonesia, juga di belahan dunia lain. Di Amerika Serikat, ada Kennedy, Bush, Aquino. Gandhi dan Nehru di India.

Di negeri kita tradisi dinasti politik sebelum Indonesia merdeka, saat pemerintahan berbentuk kerajaan yang menganut patrimonialisme. 

Raja digantikan oleh putra mahkotanya secara turun temurun. Raja memiliki hak mutlak dalam mengendalikan pemerintahan, tanpa ada yang berani mengganggu gugat atas kebijakan yang digulirkan.

Tetapi fakta sejarah, tak sedikit raja yang bijaksana, mengabdi demi negara dan memakmurkan rakyatnya menjadi tujuan utama. 

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT