JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pakar Hukum Tata Negara sekaligus pengamat politik, Refly Harun, mengatakan pernyataan Megawati Soekarnoputri dalam acara HUT PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta Utara, kemarin penuh dengan ucapan arogan.
Megawati, kata Refly, berkali-kali mengeluarkan banyak pernyataan yang membanggakan dirinya sendiri. Ia juga terlihat seperti merendahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Awalnya di hadapan Jokowi, Megawati dengan terang-terangan mengatakan tidak menghendaki adanya isu tiga periode tersebut.
"Mungkin saya sudah ada di awang-awang. kalau kita berpegang pancasila, lalu turun ke UUD 45, kita sepakat jika kalau sudah ada pemilu, mbok yo sudah dijalankan dengan baik," ucapnya.
Ia pun menambahkan jika selama ini ia susah payah untuk menjalankan Republik ini selama berpuluh-puluh tahun.
"Susah payah loh kita ini menjalankan agar republik ini utuh, kedua jika memang sudah memutuskan bersama ya sudah, ayo jalan," ucapnya.
"Kalau sudah dua kali ya maaf, ya dua kali saja, Pak Jokowi kalau gak pinter ngapain saya jadiin," tegas Mega.
Refly pun mengatakan, pernyataan-pernyataan Megawati sarat akan bahasa-bahasa arogan.
"Ini terlihat arogannya ya, seolah-olah yang menjadikan Presiden Jokowi itu dia. Padahal kalau kita bicara tentang kedaulatan rakyat ini, rakyat lah yang menjadikan seorang presiden,” kata Refly lewat Channel YouTube-nya, dikutip Rabu (11/1/2023).
“Sementara partai politik itu punya hak sekedar melakukan nominasi yang dalam konteks negara demokratis,” tambahnya.
Harusnya bukan partai politik, kata Refly, tetapi yang bersangkutanlah yang mencalonkan diri sebagai Presiden dan Wakil Presiden walaupun dibawa oleh partai politik.
“Jadi lebih pada bukan pada nominasi partai politiknya harusnya begitu, kalau kita bicara sistem pemerintahan presidensial,” katanya.(*)