MUNCUL ide agar Megawati tampil dalam Pilpres 2024. Sejumlah pengamat menilai kehadiran Ketum PDIP ini dapat memberi harapan bagi masyarakat. Dukungan diberikan dengan sejumlah argumentasinya.
Salah satunya untuk mencegah keterbelahan akibat pencalonan Ganjar Pranowo atau Puan Maharani sebagai capres. Alasannya, jika muncul faksi Ganjar dan Puan, ke depannya bisa membuat pincang partai, jika tidak dikelola dengan dapat mengancam keterbelahan dukungan. Jika Mega yang maju, keterbelahan tidak akan terjadi.
“Iya sih, Mega memang tokoh sentral partai. Semua akan patuh dan hormat kepada Ketum. Apa yang menjadi keputusan Mega, semua kader akan mematuhinya,” ujar Heri.
“Termasuk ketika memutuskan capres PDIP, semua anggota partai akan mematuhi dan memperjuangkannya. Apakah nantinya yang diusung Ganjar atau Puan atau tokoh lain, di luar Ganjar atau Puan,” kata Yudi.
“Berarti tidak perlu ada kekhawatiran akan terjadi pembelahan, siapapun tokoh yang dimajukan sebagai capres. Artinya untuk mencegah pembelahan tidak harus Ketum maju sebagai capres,” kata mas Bro.
“Logika politiknya begitu. Tetapi ide Mega didorong sebagai capres PDIP, sebagai upaya konkret menutup serapat mungkin potensi pembelahan di internal partai,” kata Yudi.
“Persoalannya Bu Mega bersedia nggak jadi capres. Kalau dari segala aspek lebih memenuhi syarat, baik yuridis maupun konstitusional. Usia tidak menjadi halangan, bahkan dengan pengalaman yang dimiliki akan lebih arif, bijak dan jernih dalam mengambil kebijakan negara,” kata mas Bro.
“Saya juga punya ide untuk mencegah pembelahan dukungan?” tanya Heri.
“Lagaknya kayak pakar politik saja?,” kata Yudi. “Coba apa ide lo mau sampaikan.”
“Ganjar dan Puan, diduetkan, ditanggung nggak ada pembelahan,” ujar Heri beranjak pergi. Kedua sohibnya, hanya saling pandang. ( jokles)