ADVERTISEMENT

Kopi Pagi Harmoko: Siap-siap Turun Gunung

Senin, 9 Januari 2023 06:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“Meski "turun gunung" lebih ringan, ketimbang naik gunung, tidak berarti tanpa tantangan. Jika kurang mampu menata keseimbangan diri, hati dan pikiran, bisa- bisa tergelincir jatuh ke jurang. Lebih berbahaya.” – Harmoko-
 
KITA kenal istilah king maker. Ada juga istilah “turun gunung”. Kedua kata ini belakangan sering dikaitkan dengan pencapresan. Tak jarang orang atau kelompok yang disebut king maker, harus turun gunung demi memuluskan figur capres yang dikehendaki. Mulus dalam pencapresan, mulus juga hasilnya.

Secara harfiah, king maker adalah “pembuat raja”. Seseorang yang bisa menjadikan orang lain sebagai raja ( pemimpin).

King maker dalam pilpres adalah kelompok yang memiliki kekuatan besar dalam upaya menentukan bulat lonjongnya sebuah hasil pemilihan presidan. Ini dimulai dari pemilihan figur yang hendak dicapreskan.

Partai adalah king maker karena partailah yang berwenang mengajukan capres – cawapres. Tetapi di luar parpol, ada kekuatan yang lebih besar lagi, tokoh berpengaruh hingga mampu mengendalikan pimpinan parpol dalam mengusung paslon presiden – dan wapres. Kekuatan ini, bisa dari internal partai, atau eksternal.  

Sering kita saksikan, king maker turun ke lapangan membangun silaturahmi politik, dengan menemui pimpinan parpol dan tokoh – pemersatu bangsa.Tak sebatas pembentukan koalisi, tetapi lebih kepada mendorong sosok capres – cawapres  yang dapat memenangkan kontestasi pada pilpres 2024. Itulah yang disebut turun gunung dalam pilpres.

Memasuki tahun 2023 ini, jelang pengajuan capres, gelagat turun gunung akan semakin masif dilakukan oleh para tokoh, senior atau para suhu dan dedengkot partai serta tokoh bangsa yang selama hanya memantau keadaan.

Istilah "turun gunung" pada awalnya sering digunakan untuk cerita silat. Ketika seorang pendekar keluar dari tempatnya berguru (perguruan) untuk mengamalkan ilmu yang diperolehnya.Tentu untuk menebar kebaikan, bukan keburukan.

Turun gunung acap digunakan juga ketika seorang linuwih (memiliki kemampuan lebih) keluar dari  pertapaan, setelah sekian lama mengasingkan diri dari kehidupan duniawi.

Dalam konteks kehidupan kini, turun gunung identik dengan aktivitas yang dilakukan oleh tokoh  berpengaruh, sesepuh atau setidaknya para senior. 
Mereka yang belakangan ini hanya memantau, melihat dan menyaksikan gerak langkah para yuniornya, penerusnya. 

Karena sesuatu hal, sekarang mereka turun langsung ke lapangan.
Dia turun gunung untuk sesuatu kepentingan yang lebih besar, sebut saja untuk menyelamatkan dunia (negeri) dengan menempatkan “murid terbaiknya” memimpin bangsa dan negara, menjadi lebih baik lagi. Menyeterahkan rakyatnya, menciptakan keadilan sosial sebagaimana cita-cita sejak negeri ini didirikan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT