“Kalau ingin menjadi besar harus berani menatap masa depan. Harus pula berani menghadapi risiko perjuangan,” kata Yudi mengawali obrolan warteg usai maksi bersama sohibnya mas Bro dan Heri.
“Jika sebuah parpol, harus berani mengajukan pasangan capres – cawapres dari internal,” tambah mas Bro.
“Kok jadi melenceng ke masalah parpol dan capres sih,” kata Heri.
“Iyalah. Parpol besar harus berani mengajukan kadernya sebagai capres. Sebagai ketua umum parpol mestinya sudah teruji, apalagi parpol besar seperti Golkar yang memiliki jam terbang sangat tinggi. Kadernya ada di mana – mana, di pemerintahan maupun lembaga tinggi lainnya,” kata mas Bro.
“Bukankah Golkar sudah memutuskan ketua umumnya Airlangga Hartarto sebagai bakal capres,” kata Heri.
“Hingga kini Koalisi Indonesia Bersatu(KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN dan PPP belum mengajukan pasangan capres- cawapres,” kata mas Bro.
“Mungkin lagi menunggu momen,” ujar Yudi.
“KIB sudah melampaui Presidential Threshold (PT) untuk mengajukan sendiri capres – cawapresnya. KIB akan menjadi besar jika menjadi gerbong sendiri untuk mengajukan capres dan cawapresnya,” kata mas Bro.
“Kehadirannya akan diperhitungkan dengan memiliki gerbong sendiri. Boleh jadi akan mengerek elektabilitas. Tapi, bisa jadi merosot kalau mengekor ke gerbong lain,” urai Yudi.
“Nasdem saja berani mengajukan capresnya. Efeknya sudah dirasakan. Mestinya KIB lebih berani dan percaya diri. Figur bisa dari internal atau eksternal,” kata mas Bro.
Mendengar percakapan ketiga pelanggan setianya, Ayu Bahari, pemilik warteg nyelatuk,” Kalian sudah seperti pengamat handal saja.”