“Saat itu berupa rawa-rawa yang tidak jelas siapa pemiliknya, baru setelah belakangan menjadi milik PT Kota Kasablanka, surat somasi dilayangkan kepada pengelola masjid,” jelasnya.
“Saya diminta hadir untuk menyelesaikan, karena masyarkat nggak akan merobohkan masjidnya yang sudah dibangun dengan dana mereka. Ini masjidnya ramai, makmur dan jamaahnya banyak,” lanjutnya.
Setibanya di sana, Khoirudin melakukan negosiasi dengan pihak perusahaan. Dia lalu membicarakan hal ini juga dengan Gubernur Anies untuk mencari solusinya.
Setelah melakukan pembahasan di tingkat Kota Jakarta Selatan dan Provinsi DKI Jakarta, perusahaan memutuskan membangun masjid baru dua lantai di tempat yang tak jauh dari lokasi.
Setelah itu, masjid lama dibongkar untuk kepentingan perusahaan.
“Pak Gubernur turun tangan langsung untuk membantu menyelesaikan, akhirnya PT Kota Kasablanka mengganti masjid baru dua lantai. Alhamdulillah ini berkat kekuasaan Allah, bentrok horizontal antara perusahaan dan masyarakat tidak terjadi,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Khoirudin juga menyelesaikan potensi konflik yang terjadi di wilayah Joglo, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.
Saat itu, warga setempat menolak adanya pembangunan Sekolah Islam Terpadu Citra Az-Zahra, padahal yayasan sudah mengantongi izin pembangunan dari Pemprov DKI Jakarta.
“Masyarakat berkeberatan dibangun sekolah karena khawatir banjirnya akan tambah dalam akibat adanya pembangunan sekolah. Lalu kami datang untuk mencari titik temu, jangan sampai masuk ke dalam pengadilan,” ucapnya.
Dengan pendekatan musyawarah, masyarakat setempat akhirnya bersedia adanya pembangunan sekolah.
Asalkan kali di sekitar rumahnya dikeruk sehingga kapasitas untuk menampung air hujan bisa lebih banyak lagi.
“Ini luar biasa, saya bahagia bisa menyelesaikan permasalahan yang pelik di masyarakat,” ujarnya.