ADVERTISEMENT

Politik Beradab

Kamis, 1 Desember 2022 06:40 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

“Politik beradab adalah perilaku politik yang menebarkan kesantunan, bukan memproduksi kecurigaan. Menghargai perbedaan, eksistensi hak asasi, bukan memprovokasi dan  menghalang – halangi.”  -Harmoko-
 
Sikap sopan santun, ramah dan penuh senyum yang menjadi jati diri bangsa Indonesia, seolah absen dari kehidupan kita begitu memasuki tahun politik, jelang pesta demokrasi. Yang terjadi belakangan, tak ubahnya maraknya “pesta provokasi”, unjuk kekuatan, kekuasaan dan dukungan. Ini embrio kerawanan, bagaikan api dalam sekam, yang perlu segera mendapat perhatian.

Semua pihak wajib cooling down, tidak bersikap terlalu reaktif merespons keadaan, meski pernyataan yang dilontarkan lawan politiknya terasa cukup menyesakkan, jika tidak disebut sebuah tantangan.

Diperlukan kedewasaan dalam berpolitik untuk tidak terpancing memberikan pernyataan balasan, apalagi terprovokasi tanpa kendali yang dapat membuat situasi kian runyam hingga berujung kepada pembelahan.

 

Di tengah perang urat saraf yang berlangsung secara terbuka, kadang disertai dengan pernyataan provokatif, semakin dituntut sikap santun, etis dan beradab dalam mengelola persaingan politik menuju Pilpres 2024.

Singkirkan pandangan bahwa lawan politik adalah musuh yang harus diperangi dan disingkirkan dengan kekerasan politik. Perhelatan Piala Dunia yang tengah berlangsung hendaknya menjadi pengingat bagaimana berpolitik secara sportif, santun dan beradab.

Boleh beda kostum kesebelasan dan dukungan, tetapi budaya positif diterapkan untuk meraih kemenangan, bukan dengan cara – cara kekerasan, bukan main kayu. Dalam olahraga, lawan adalah teman bermain. Usai bertanding berpelukan, dan tukar kostum.

 

Dalam dunia politik, lawan politik adalah saudara sebangsa dan setanah air dengan tujuan yang sama memajukan bangsa, memakmurkan rakyat.

Kalau satu tujuan mengapa saling otot-otan. Siapapun yang menang adalah kemenangan bersama.
Di sinilah para elite politik dan pimpinan parpol yang sedang mendapat mandat rakyat, hendaknya mempelopori politik sportif, kooperatif, santun dan beradab sebagaimana nilai – nilai luhur falsafah bangsa kita, Pancasila. Jauh dari intimidasi, diskriminasi dan kriminalisasi.

Sejak dulu maupun sekarang, rakyat sangat mendambakan suasana aman dan tentram. Guyub rukun dengan sesama, apapun latar belakang aspirasi politiknya.

Ayom, ayem, tentrem. Ayom berarti merasa terayomi, terlindungi dari negara. Ayem adalah perasaan tenang karena sudah mendapat perlindungan dari negara.

Jika sudah terayomi dan merasakan hati yang ayem, maka kehidupan masyarakat akan tentram (menikmati kehidupan dengan situasi yang aman, damai, dan menyenangkan).
Tak ada pertikaian, keributan dan kegaduhan. Hati boleh panas, sepanas suhu politik, tetap kepala tetap dingin untuk berpikir jernih sehingga tidak tumbuh paranoid (rasa curiga) yang berlebihan kepada lawan – lawan politiknya, kepada mereka yang berbeda aspirasi, dukungan. Bahkan, hanya karena perbedaan pendapat.

Sementara kita tahu pada masyarakat yang dipenuhi kecurigaan rentan menghadirkan aksi destruktif (main hakim sendiri) ketika apa yang diyakininya dikoyak – koyak pihak lain.

Di sinilah perlunya perilaku politik yang lebih beradab untuk mengikis habis rasa saling curiga, saling menyerang dan menghakimi tanpa alasan, memberikan stigma tanpa didukung data , seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Seseorang dapat dikatakan beradab, jika memiliki kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti. Terdapat kelembutan dan kehalusan dalam bertutur kata, bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari – hari. Di mana pun, kapan pun dan kepada siapa pun.

Ini sejalan dengan makna dari penjabaran butir – butir sila kedua falsafah bangsa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab.

Perilaku yang semakin menunjukkan adanya saling menghargai antar-sesama, semakin mengakui persamaan hak dan derajat masing – masing individu. Menghargai berarti tidak saling mengganggu, tidak menghalang – halangi, dan tidak memaksakan, apalagi jika sampai melakukan kekerasan untuk memaksakan kehendak kepada orang lain.

Politik beradab adalah perilaku politik yang menebarkan kesantunan, bukan memproduksi kecurigaan. Menghargai perbedaan, bukan mempersoalkan perbedaan. Menghargai eksistensi hak asasi, bukan memprovokasi dan  menghalang – halangi.

Mari kita kelola persaingan politik jelang pilpres secara lebih beradab, bukan untuk biadab. Bersaing secara sehat dan beradab. Tidak  mengkriminalisasi lawan. Kalau kemudian “Menang tanpa ngasorake” – Menang tanpa merendahkan lawan untuk mencegah timbulnya kegaduhan.

Dengan lingkungan yang beradab akan menciptakan kedamaian, ketenangan dan kenyamanan. (Azisoko)

ADVERTISEMENT

Editor: Deny Zainuddin
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT