JATENG, POSKOTA.CO.ID - Prestasi Indonesia dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 masih belum penuh.
Penilaian ini disampaikan Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Agus Haryanto.
“Dengan segala keterbatasan dan situasi politik global yang dilakukan pemerintah kita ya saya anggap berhasil,” ucapnya seperti dikutip dari VOA pada Minggu (20/11/2022).
Dia melanjutkan,”Kalau nilai dari satu sampai 10, ya delapan setengah.”
Yang membuat angkanya tidak utuh sepuluh karena perwakilan Rusia, dalam hal ini Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, tidak hadir ketika deklarasi pemimpin G20 dibacakan.
“Saya kira orang menunggu-nunggu dengan kemampuan kita. Bisa tidak membujuk Rusia untuk ikut di dalam kesepakatan di G20 sampai akhir,” tambahnya.
“Walaupun mungkin dia tidak sepakat terhadap konsensus yang keluar di G20 tetapi paling tidak dia ikut mendengarkan,” terang Agus Haryanto.
“Kalau itu terjadi, saya kira akan menjadi capaian yang luar biasa. Paling tidak Rusia mau mendengarkan apa yang disepakati para pemimpin dunia di G20.”
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov meninggalkan Bali ketika Presiden Joko Widodo menutup dan membacakan Deklarasi Para Pemimpin G20 Bali.
Beberapa jam sebelumnya terjadi insiden jatuhnya rudal di Polandia. Peristiwa ini menghembuskan peran Rusia dalam peristiwa itu. Pimpinan G7 dan NATO sempat menggelar pertemuan darurat menyikapi insiden tersebut.
Belakangan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan sejumlah pemimpin G7 lainnya menafikan peran Rusia dalam kejadian tersebut. Namun situasi sudah terlanjur memanas dan diyakini semakin mendorong Rusia untuk menarik diri dari forum G20 sebelum rangkaian pertemuan selesai.
Agus Haryanto berpendapat Indonesia dapat mengusulkan suatu pernyataan yang sifatnya lebih netral. Salah satunya adalah dengan menghindari penyebutan Rusia atau Ukraina dalam setiap pernyataan itu.
Memilih frasa mengutuk perang terasa berbeda tekanannya dengan mengutuk perang di Ukraina. Meskipun pilihan kata ini juga berisiko karena harus tetap mempertimbangkan reaksi pemimpin negara lain seperti Amerika Serikat misalnya.
Namun Indonesia sudah cukup berhasil memimpin G20 sepanjang 2022 dengan apapun yang sudah terjadi.
“Sejauh pengamatan saya, Pak Jokowi berhasil untuk mengingatkan para pemimpin dunia bahwa pertemuan G20 itu tidak sekedar pertemuan seremonial,” paparnya.
“Dengan penandatanganan deklarasi, Pak Jokowi berhasil membawa pertemuan tersebut lebih maju dari pertemuan sebelumnya, dan melakukan sesuatu yang lebih konkrit untuk dunia,” tutup Agus Haryanto. ***