.jpg)
“Kita harus punya sikap, bebas aktif,” kata mas Bro mengawali obrolan warteg usai maksi bersama sohibnya, Yudi dan Heri di warung langganan mereka.
“Kayak politik luar negeri saja Bro, bebas aktif,” kata Yudi menimpali.
“Ini bukan soal kebijakan politik luar negeri saja yang belakangan banyak disinggung terkait gelaran KTT G20 di Bali,” kata mas Bro.
Seperti ditegaskan kembali oleh Menlu retno Marsudi dalam konferensi pers usai penutupan KTT G20, bahwa “bebas aktif” kerap diartikan semata –mata suatu sikap netral. Kata Retno, bebas aktif berarti bebas menentukan posisi dan pendapat, dan aktif berarti secara aktif berkontribusi untuk mencapai perdamaian dunia.
“Sepertinya bukan politik luar negeri, bebas aktif juga mewarnai dinamika politik dalam negeri,” kata mas Bro.
“Jangan mengada – ada Bro, kayak pengamat saja,” selas Heri.
“Saya memang bukan pengamat, tetapi aktivis obrolan warteg,” kata mas Bro dengan pedenya.
“Oke dech sebagai sahabat gue dukung pendapat lo,” ujar Yudi.
“Nah, bebas berpendapat itulah yang terjadi belakangan ini seperti yang kalian katakan. Bebas berpendapat untuk mencari dan memperkuat dukungan atau merusak dukungan lawan politiknya,” kata mas Bro.
“Lantas aktif, maksudnya aktif mencari pasangan capres?” tanya Heri.
“Bukan hanya mencari paslon capres-cawapres, juga aktif membangun koalisi, meningkatkan pencitraan partai dan kandidatnya, “ kata mas Bro.
“Termasuk pencitraan buruk dengan aktif menyerang dan menjatuhkan lawan. Menebar keburukan pihak lain yang menjadi pesaing beratnya,” kata Yudi.
“Itu strategi. Kita cukup tahu mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga saatnya Pilpres bisa menentukan pilihan sesuai nurani,” kata mas Bro.
“Tumben Bro, hari ini kamu waras, apakah karena hari Jumat?” sindir Heri.
“Semua hari baik. Begitu pun ketika menebar kebaikan,”ujar mas Bro. (jokles)
-(1).jpg)
.jpg)
