Oleh : Tri Haryanti Wartawan Poskota
KASUS video porno atau video mesum kembali menggegerkan masyarakat. Kali ini video berjudul kebaya merah mengguncang media sosial pada awal November2022.
Video yang diperankan warga Malang dan Surabaya, diambil di sebuah hotel di kawasan Gubeng, Surabaya, jawa Timur.
Dalam video tampak pemeran wanita memakai baju kebaya warna merah, kemben batik warna cokelat, dan selendang warna oranye kecokelatan. Sementara pemeran laki-lakinya memakai handuk dan juga bertopeng sehingga tidak terlihat dengan jelas wajah aslinya.
Video tersebut diduga dibuat di kamar nomor 1710 dan pembuatan video tersebut di bawah bulan Juli tahun 2022.
Belum tuntas penyelidikan kasus video kebaya merah, jagat dunia maya kembali digegerkan dengan beredarnya video mesum yang diduga dilakukan oleh selebgram Bali.
Dalam video tersebut seorang wanita terekam melakukan hubungan suami istri dengan seorang laki-laki di atas sofa. Namun tidak seperti video wanita kebaya merah di Surabaya, para pemeran dalam video ini tidak memakai topeng.
Video mesum yang diduga dilakukan oleh seorang selebgram Bali itu ramai diperbincangkan dan viral di media sosial, serta aplikasi chatting Whatsapp pada Rabu (9/11/2022).
Belum hilang ingatan kita saat video porno Gisel dan Nobu mengguncang dunia massa, dan kini muncul video serupa yang juga viral di media sosial.
Mirisnya, pelaku video mesum di Surabaya ini, tidak hanya membuat video untuk pribadi, namun untuk memenuhi pesanan pelanggan dengan imbalan sejumlah uang.
Hanya demi cuan, para pelaku dengan sadar menggadaikan moralitas dan nama baik dirinya. Entah motif apa yang mendorong pelaku melakukan perbuatan yang melanggar susila dan agama ini.
Apa hanya masalah ekonomi, pelaku dengan mudahnya menggadaikan moral dan etika. Apa pelaku tidak memiliki bekal agama kuat? Atau karena pergaulan dan lingkungan yang mendorong mereka menghalalkan perbuatan tak senonoh ini.
Ngeri jika melihat fenomena seperti ini, terlebih jika kita memiliki anak perempuan beranjak dewasa di zaman milenial seperti ini.
Sudah seharusnya kita membekali putra dan putri kita dengan pegangan agama yang kuat. Pendidikan agama harus diberikan sejak dini. Tidak cukup disekolah saja, atau di pengajian. Tapi bimbingan langsung orang tua juga sangat dibutuhkan.
Jangan pernah lelah mengingatkan anak-anak untuk untuk menjalankan perintah agama, sehingga memiliki bekal kuat saat mereka remaja dan memasuki usia dewasa ditengah pergaulan yang cenderung bebas saat ini.
Menghadapi fenomena seperti ini, tidak cukup peran orang tua. Peran pemerintah juga dibutuhkan khususnya dalam membatasi perkembangan media sosial, khususnya aplikasi-aplikasi yang menayangkan konten-konten porno.
Tapi semua itu kembali ke pribadi masing-masing. Sampai dimana kita membentengi diri untuk tidak tergiur pada hal-hal yang menyimpang, khususnya yang merendahkan martabat.
Kita hanya bisa mengingatkan, janganlah menggadaikan moralitas hanya untuk Cuan!