Nikel Indonesia Taklukkan Uni Eropa

Kamis 10 Nov 2022, 08:01 WIB
Presiden Jokowi meninjau pengolahan bijih nikel di Pabrik Smelter, Konawe, Sultra, Senin (27/12/2021). (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev).

Presiden Jokowi meninjau pengolahan bijih nikel di Pabrik Smelter, Konawe, Sultra, Senin (27/12/2021). (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev).

BAHAN Bakar Minyak (BBM) masih menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Namun tak disadari bahwa semakin lama, minyak bumi akan terus berkurang.

Fosil mahluk hidup dari sejak bumi ini berada, akan terus terkikis. Meski sudah berumur berjuta abad, kalau terus digali akan habis.

Selain Timur Tengah, Indonesia memang menjadi salah satu negara terbesar penghasil minyak bumi, kendati hingga kini  belum menjadi produsen hingga barang jadi.

Minyak bumi masih menjadi andalan untuk kendaraan transportasi, baik pribadi maupun umum,  penggerak mesin produksi dan kebutuhan lainnya.

Transportasi menjadi penggerak ekonomi masyarakat. Namun apa daya ketika minyak bumi terus berkurang.

Dengan  semakin langka, tentu saja BBM akan terus merangkak naik. Ekonomi jadi morat-marit. Tak ada kata lain, listrik menjadi pilihan. Saat ini sudah banyak kendaraan bertenaga listrik yang berseliweran.

Meski belum populer, namun diyakini dalam beberapa tahun ke depan, kendaraan bertenaga listrik ini akan mengalahkan kendaraan dengan bahan bakar minyak.

Kendaraan listrik memang digerakkan oleh baterai. Dan salah satu bahan baku pembuatan baterai adalah biji nikel.

Kondisi ini sudah disadari negara-negara lain di dunia. Masa depan global akan ketergantungan pada listrik. Termasuk moda transportasi.

Bangsa ini pun menyadari hal yang sama. Tapi jangan khawatir. Indonesia kaya akan sumber daya alam biji nikel.

Tak heran kalau Presiden Jokowi melalui Permen No 11 tahun 2019 melakukan penghentian ekspor bahan mentah biji nikel ke semua negara. Terutama Eropa.

Berita Terkait

News Update