ADVERTISEMENT

Pahlawan Sepanjang Masa (2)

Senin, 7 November 2022 06:42 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Pengantar: Memperingati Hari Pahlawan tak sebatas seremoni dan mengheningkan cipta, tetapi aksi nyata “kepahlawanan” dalam kehidupan sehari- – hari. Dalam rangkaian peringatan Hari Pahlawan, saya sajikan tiga tulisan (berseri) di kolom ini. (Azisoko).
 
“Nasionalisme adalah meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan negaranya. Menempatkan persatuan dan kesatuan serta keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.” -Harmoko-
 
Jiwa kepahlawanan yang tercermin melalui nilai-nilai patriotisme menjadi semakin penting diaktualisasikan di era kekinian. Jiwa patriotisme yang bercirikan cinta tanah air dan rela berkorban dalam segala hal demi kemajuan, kemakmuran dan kejayaan negeri, hendaknya tak sebatas pengakuan. Tidak cukup pada kata semangat, tanpa manfaat. Tidak cuma komitmen perjuangan, tanpa pengamalan.

Pengejawantahan jiwa patriotisme semakin menjadi tuntutan demi keutuhan bangsa di tengah semakin merebaknya isu politik identitas dengan mengunggah identitas suku, agama, ras dan antar- golongan. Keberagaman adalah keniscayaan, tetapi membenturkan perbedaan menjadi embrio perpecahan.

Di saat kondisi demikian hendaknya jiwa patriotisme dapat hadir menangkal perpecahan dan pembelahan bangsa. Jiwa patriotisme akan lahir dari seseorang yang bersedia mengorbankan segala – galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya. 

Patriotisme berarti juga cinta tanah air, rela mengorbankan dirinya demi menjaga kesatuan dan persatuan.

Dalam kehidupan sehari – hari memiliki sikap saling membantu, tolong menolong, membangun kerukunan di lingkungan sekitar sebagai wujud persatuan nasional. Yang perlu diedukasi mulai dari lingkup terkecil, keluarga, kemudian dikembangkan ke masyarakat, bangsa dan negara. Itulah perlunya keteladanan para elite.

Tak dapat dipungkiri, saat ini figur dengan konsistensi tinggi untuk memperjuangkan sesuatu yang membawa pengaruh besar bagi banyak orang, semakin sedikit. Jiwa patriotisme tertinggi sebagaimana telah diteladani para pejuang negeri, kian sulit ditemui.

Elite nasional, umumnya, lebih fokus pada kepentingan sektoral dan pribadi, ketimbang melakukan perubahan besar bagi bangsanya. Lebih – lebih di tahun politik, akan fokus kepada bagaimana menyiapkan “kemenangan” pada pemilu 2024, baik bagi partainya, paslon capres – cawapres yang diusungnya, termasuk bagi dirinya.  

Rakyat sangat berharap para elite memberi keteladanan tak sebatas ucapan, tetapi aksi nyata dalam kehidupan sehari – hari. Apalagi bagi kader bangsa, kandidat pemimpin masa depan yang masuk radar bursa capres, hendaknya tampil di depan “Ing Ngarso sung tulodo” – di depan memberi suri tauladan kebaikan bagaimana mengaplikasikan nilai – nilai kejuangan demi membangun bangsa.

“Ing madya mangun karso” – di tengah masyarakat memberi inspirasi dan motivasi tentang jiwa patriotisme dan nasionalisme. Bukan saatnya para elite, pemimpin sebatas “Tut wuri handayani” – berada di belakang hanya memberi arahan dan kepercayaan. Bukan pula banyak duduk di singgasana kekuasaan memberi wejangan serta mendelegasikan wewenang dalam menghadapi beragam ancaman. Seperti krisis energi, pangan, ekonomi dan keuangan yang sering dinarasikan. Di tengah awan gelap mengelilingi dunia yang penuh ketidakpastian seperti acap didengungkan.

Rasa nasionalisme perlu ditumbuh - kembangkan sebagai kesadaran untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa karena adanya kebersamaan kepentingan, rasa senasib sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu, masa kini serta kesamaan pandangan, harapan dan tujuan dalam merumuskan cita – cita masa depan bangsa.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT