Semakin banyak labelisasi diberikan, kian membuka peluang mengentalnya pembelahan. Ini jelas tidak sehat.
Kita telah sepakat politik identitas harus dicegah, tetapi jika ada upaya pembelahan kelompok dengan labelisasi sejak dini, haruskah para elite membiarkan. Tentu saja tidak, disinilah peran para elite memberi pemahaman kepada pendukungnya, massanya untuk tidak lagi melabelisasi kelompok lain yang dapat memicu perpecahan – pembelahan.
Sebaliknya yang diberi label, tidak perlu terpancing kemudian memberikan reaksi berlebihan. Semua pihak perlu sadar diri bahwa pemilu adalah kontestasi sehat, etis dan bermoral.
Itulah sebabnya semua pihak, utamanya elite politik perlu lebih mawas diri dengan mengendapkan emosi, menyingkirkan prasangka buruk, mengembangkan pikiran positif sebagai gerakan moral menyongsong perhelatan pilpres. Jangan kotori kehidupan politik dengan ucapan, sikap dan perilaku yang dapat merusak integrasi nasional, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Kita perlu memaknai bahwa politik adalah jalan mulia meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Karenanya politik itu tidak mengurus kepentingan diri, tetapi mengutamakan kepentingan bersama sebagai satu bangsa. Dengan filosofi keindonesian, berupaya memajukan bangsa dan negara.
Yang perlu dikemas, kalaupun kontestasi sebagai pertarungan adalah pertarungan sehat melalui ide, gagasan dan pemikiran bagaimana memajukan peradaban Indonesia ke depan yang berlandaskan Pancasila sejatinya. (Azisoko)