Pakar kesehatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban. (Twitter/@ProfesorZubairi)

Kesehatan

Pakar Kesehatan Ini Sebut Pandemi Superbugs Menyebar di India, Berbahaya?

Kamis 13 Okt 2022, 10:06 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - India dikabarkan tengah mengalami pandemic superbugs, yakni bakteri hebat yang tidak mempan terhadap antibiotik.

“Ceritanya dimulai dari India sebelah barat. Di sana terjadi infeksi di sebuah rumah sakit di Maharashtra dan para dokter berjibaku dengan ruam infeksi superbug yang kebal antibiotik," kata pakar kesehatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban, lewat akun Twitter pribadinya @ProfesorZubairi, dikutip Kamis (13/10/2022).

"Bahkan di Kolkata, 6 dari 10 pasien yang dirawat di ICU sudah tidak mempan antibiotik,” tambahnya.

Prof Zubairi menjelaskan, ada bermacam-macam bakteri, seperti Staphylococcus aureus dan Acinetobacter baumannii.

Menurutnya, dua bakteri tersebut bisa menyebabkan penyakit pneumonia, sehingga pasien memerlukan alat bantu pernapasan, salah satunya ventilator.

Dalam cuitannya, ia juga menyebut jika pasien yang mengalami penyakit ini berisiko meninggal dunia.

“Bisa juga kuman bernama e.coli (Escherichia coli) maupun Klebsiella pneumoniae. Ini juga menyebabkan orang harus dipasang ventilator,” jelas Zubairi. 

 Lebih jauh, pada beberapa kasus di India ditemukan adanya resistan terhadap antibiotik yang kuat, bernama Carbapenem.

Menurut data, dalam setahun terakhir telah terjadi kenaikan sebanyak 10 persen yang resisten.

“Beratnya bagaimana? Sebut saja di Kolkata. Tadinya semua orang yang terinfeksi di sana, 65 persennya berhasil diatasi dengan antibiotik lini 1. Nah, sekarang turun. Yang berhasil diobati dengan antibiotik lini 1 itu cuma 43 persen. Jadi ini masalah serius,” jelas Zubairi.

Di dunia kesehatan, resistan terhadap antibiotik merupakan masalah alami.

Artinya, bakteri ingin tetap hidup, sehingga membuat dirinya menjadi resistan, namun akan menjadi masalah besar ketika angka kejadiannya dipercepat oleh salah guna antibiotik.

“Salah guna yang dimaksud adalah antibiotik yang digunakan tidak pada tempatnya,” tutur Zubairi.

"Misalnya infeksi virus, tapi diberi antibiotik. Pada awal pandemi Covid-19, banyak sekali pasien mendapat antibiotik macam-macam, yang menyebabkan perubahan dalam resistansi kuman," tambahnya.

Dampaknya, pasien menjadi lebih lama saat dirawat di rumah sakit  akibat resistan ini.

Karena lama di rumah sakit, biaya untuk pasien menjadi bertambah, dan angka kematian juga menjadi lebih tinggi.

“Dus, resistan terhadap antibiotik bisa terjadi di mana saja. Bisa di India, Amerika, Indonesia, dan ke siapa saja. Tidak tergantung usia. Contohnya di India tadi. Artinya dari bayi baru lahir sampai usia lanjut ya berisiko resistan terhadap antibiotik,” terang Zubairi.

Untuk itu, pakar kesehatan ini berpesan agar kita harus mulai lebih hati-hati dalam memakai antibiotik.

Kalau tidak ada indikasi dan resep dari dokter, ya jangan konsumsi.

“Atau jangan juga melanjutkan resep antibiotik milik salah satu teman atau keluarga—karena merasa punya penyakit sama,” pungkas Zubairi.

(*)

Tags:
pandemi superbugspandemi indiaProf Zubairi Djoerbanbakteri baru

Administrator

Reporter

Administrator

Editor