Oleh: Yulian Saputra, Wartawan Poskota
BANJIR dan kemacetan merupakan dua masalah klasik yang ada di Jakarta. Masalah ini pun kembali muncul seiring hujan deras dan angin kencang melanda selama beberapa hari terakhir.
Akibatnya, sejumlah wilayah tidak mampu meredam luapan air hujan yang tinggi menjadi terendam banjir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat sedikitnya 63 RT terendam banjir pada Senin (10/10). Rinciannya, 17 RT di Jakarta Selatan (Jaksel) dan 46 RT di Jakarta Timur (Jaktim).
Jumlah itu berkurang dari yang sebelumnya sempat merendam 90 RT dan 17 ruas jalan pada Kamis (6/10). Bahkan, pada hari tersebut banjir sampai memakan tiga korban jiwa, yakni siswa MTSN 19 Pondok Labu.
Ketiga pelajar itu tewas setelah sekolah mereka diterjang banjir yang menyebabkan tembok roboh. Sejumlah siswa lain terluka dalam peristiwa ini.
Banjir yang merendam sejumlah titik itu pun berimbas pada kemacetan di Jakarta. Terlebih banjir mulai terjadi saat jam pulang kantor.
Tanpa banjir pun kemacetan di sejumlah ruas jalan di Jakarta kerap terjadi, terutama pada jam berangkat dan pulang kerja.
Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya, Kombes Latif Usman, mengungkap persentase kemacetan di Jakarta saat ini mencapai 48 persen. Ini membuat lalu lintas di DKI Jakarta sudah berada di level tidak nyaman.
Tak ayal, Kepala Sekretariat Kepresidenan (Kasetpres) Heru Budi Hartono yang ditunjuk sebagai Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta telah diberikan tugas oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengatasi banjir hingga macet di Jakarta. Ia ingin Heru membenahi Ibu Kota dari dua persoalan klasik tersebut.
Hal itu sepertinya akan menjadi pekerjaan berat bagi Heru. Pasalnya, penanganan banjir dan macet di Jakarta merupakan pekerjaan yang belum tuntas dari gubernur-gubernur sebelumnya. Termasuk Anies Baswedan yang masa jabatannya segera habis pada 16 Oktober mendatang.