ADVERTISEMENT

Polri Sebut Kematian Ratusan Aremania Bukan Lantaran Gas Air Mata Tapi Kurang Oksigen, Kadiv Humas: Jangan Disamakan dengan Makanan Kadaluarsa

Senin, 10 Oktober 2022 19:34 WIB

Share
Potret kekerasan di Tragedi Kanjuruhan (Foto: Twitter/KontraS)
Potret kekerasan di Tragedi Kanjuruhan (Foto: Twitter/KontraS)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Mabes Polri angkat suara terkait dengan dugaan penggunaan gas air mata yang kedaluwarsa dalam upaya pembubaran Aremania saat detik-detik Tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan nyawa tak berdosa.

Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, sejatinya gas air mata tidak sama dengan makanan. Berdasarkan apa yang disampaikan olek Dokter Masayu Evita, gas air mata memang memiliki masa kedaluwarsa.

"Kalau makanan, ketika dia kedaluwarsa maka di situ ada jamur, ada bakteri yang bisa mengganggu kesehatan. Kebalikannya, zat kimia (gas air mata) ini ketika dia expired (kedaluwarsa) justru kadar kimianya berkurang, sama dengan efektivitasnya," kata Dedi kepada wartawan, Senin (10/10/2022).

Dedi berujar, ketika gas air mata ditembakan, maka partikel-partikel di dalam selongsonhnya akan menyebar menjadi partikel-partikel lebih kecil, seperti hal-nya serbuk bedak.

"Jadi, ketika diledakan di atas, maka akan timbul partikel yang lebih kecil yang bila mana terkena mata akan mengakibatkan perih. Tapi, kalau misalnya sudah expired, justru kadarnya berkurang secara kimia, kemudian kemampuan gas air mata ini akan menurun," ujarnya.

Saat Tragedi Kanjuruhan, ucap Dedi, Brimob yang bertugas memang menggunakan 3 jenis gas air mata yang dibawa sesuai standar dan tidak mematikan.

"Ada 3 jenis, yang pertama berupa smoke. Ini hanya ledakan berisi asap putih. Kemudian yang kedua sifatnya sedang, jadi kalau untuk klaster dari jumlah kecil menggunakan gas air mata yang sifatnya sedang. Dan yang merah, adalah (gas air mata) untuk mengurai massa dalam jumlah yang cukup besar," papar dia.

"Semua tingkatan ini, sekali lagi saya bukan ekspertnya, saya hanya bisa mengutip para pakar menyampaikan CS atau gas air mata dalam tingkatan tertinggi pun, tidak mematikan," sambung Dedi.

Gas air mata berwarna merah, jelas dia, memang benar merupakan gas air mata dengan skala iritasi tertinggi dengan gas air mata lainnya, karana sifatnya memang ditujukan untuk mengurai massa dalam jumlah yang besar.

"Yang merah ini iritasimya kepada mata dan pernafasan. Tadi saya coba juga, kita praktikan juga bagaimana rasanya, ini memang perih ke mata," ungkapnya.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT