ADVERTISEMENT

Tragedi Kanjuruhan, Amnesty Internasional Indonesia: Betul-betul Tragedi Kemanusiaan yang Menyeramkan Sekaligus Memilukan

Minggu, 2 Oktober 2022 16:09 WIB

Share
Arema vs Persebaya yang berakhir ricuh, akibatkan 60 korban meninggal yang kebanyakan terkepung gas air mat. (foto: tangkapan layar/ist)Arema vs Persebaya Ricuh, Arema FC, Persebaya,
Arema vs Persebaya yang berakhir ricuh, akibatkan 60 korban meninggal yang kebanyakan terkepung gas air mat. (foto: tangkapan layar/ist)Arema vs Persebaya Ricuh, Arema FC, Persebaya,

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT



Terkait Tragedi Kanjuruhan, Amnesty Internasional Indonesia: Penggunaan Kekuatan Aparat yang Berlebihan Tidak Bisa Dibenarkan

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Ammesty Internasional Indonesia ikut berkomentar soal tragedi Kanjuruhan. Amnesty itu menyatakan duka mendalam atas terjadinya insiden tragedi berdarah yang terjadi dalam gelaran Liga 1 derbi Jawa Timur, antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10/2022) tadi malam. 

Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesiaz Usman Hamid mengatakan, bahwa tragedi yang terjadi ini jelas sangat memilukan-menyeramkan, mengingat banyaknya jumlah korban yang jatuh dalam perhelatan pertandingan sepak bola.

"Hak hidup ratusan orang melayang begitu saja pasca pertandingan bola, ini betul-betul tragedi kemanusiaan yang menyeramkan sekaligus memilukan. Perempuan dan laki-laki dewasa, remaja dan anak di bawah umur, menjadi korban jiwa dalam tragedi ini. Kami sampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban, pun kepada korban luka yang saat ini sedang dirawat, kami berharap pemulihan kondisi yang segera." Ujar Usman dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022). 

Mantan aktivis tahun 98 itu melanjutkan, tragedi kemanusiaan yang menyeramkan ini harus diusut tuntas hingga ke akar-akarnya. Sebab, dalam hal ini terdapat sebuah tindakan berlebihan yang dilakukan oleh aparat dalam rangka pengendalian massa.

“Penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh aparat keamanan negara untuk mengatasi atau mengendalikan massa seperti itu tidak bisa dibenarkan sama sekali. Ini harus diusut tuntas," kata Usman. 

Menurutnya, sebagai langkah awal dalam uoaya proses pengusutan, pemerintah bisa segera membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta. 

Selain itu, tutur dia, tragedi ini juga mengingatkan pada tragedi sepak bola serupa di Peru tahun 1964, di mana saat itu lebih dari 300 orang tewas akibat tembakan gas air mata yang diarahkan polisi ke kerumunan massa sehingga membuat ratusan penonton berdesak-desakan dan mengalami kekurangan oksigen.

“Sungguh memilukan, 58 tahun kemudian, insiden seperti itu berulang di Indonesia. Peristiwa di Peru dan di Malang tidak seharusnya terjadi jika aparat keamanan memahami betul aturan penggunaan gas air mata," papar dia. 

"Tentu kami menyadari bahwa aparat keamanan sering menghadapi situasi yang kompleks dalam menjalankan tugas mereka, tapi mereka harus memastikan penghormatan penuh atas hak untuk hidup dan keamanan semua orang, termasuk orang yang dicurigai melakukan kerusuhan.” sambung Usman.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT