Pemerintah Akan Tetapkan Harga Acuan Pembelian Kedelai, Pengamat: Akan Timbulkan Masalah Baru Bagi Pengrajin dan Konsumen

Kamis 29 Sep 2022, 23:57 WIB
kacang kedelai. Ahmad Tri Hawaari

kacang kedelai. Ahmad Tri Hawaari

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Rencana pemerintah yang akan menetapkan harga acuan pembelian kedelai dinilai tak bakal mengatasi akar permasalahan produktivitas. 

Rencana itu justru dikhawatirkan bakal menimbulkan masalah baru bagi pengrajin dan konsumen.

”Masalah utama pertanian kedelai adalah produktivitas dan tingginya ongkos produksi," jelas Head of Agriculture Research dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta dalam keterangannya, Kamis, (29/9/2022).

"Produktivitas yang kurang baik serta ongkos produksi yang tinggi, di antaranya karena skala usaha yang kecil, membuat kedelai yang dihasilkan tidak bisa bersaing dengan kedelai impor, yang selain kualitasnya bersaing, juga lebih terjangkau,” tambah Aditya.

Sebelumnya pemerintah berencana membeli kedelai lokal seharga Rp10 ribu per kilogram di tingkat petani.

Menurutnya rencana itu disatu sisi memberikan kepastian pendapatan bagi petani di saat harga kedelai sedang tinggi.

Namun, di sisi lain, hal itu membuat perajin tahu dan tempe serta konsumen berpenghasilan rendah harus membeli bahan baku kedelai dengan harga tinggi. 

Karena itu, ia menyarankan pemerintah memikirkan kebijakan jangka panjang untuk meningkatkan efisiensi proses produksi dan produktivitas kedelai ketimbang menetapkan harga acuan pembelian.

Hal ini tidak mudah mengingat berbagai keterbatasan yang ada.

“Penggunaan teknologi pada pertanian kedelai masih terbilang minim. Hal tersebut juga tidak didukung oleh infrastruktur pendukung yang memadai,” terangnya.

Saat ini petani lebih mengutamakan budi daya padi dan jagung yang terbilang lebih menguntungkan. Sedangkan kedelai umumnya diperlakukan sebagai tanaman selingan.

Selain itu, iklim tropis di Indonesia secara umum tidak terlalu cocok untuk kedelai yang hanya tumbuh subur di daerah sub-tropis, misalnya di Amerika Serikat, salah satu produsen terbesar dan eksportir utama kedelai ke Indonesia.

Tidak hanya itu,  pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Sebelumnya harga kedelai berkisar Rp10.000 per kilogram (kg), saat ini melambung hingga Rp13.000.

Kenaikan harga cukup signifikan tersebut membuat perajin tahu dan tempe di beberapa kota merangkak naik. Mereka terancam tak bisa berproduksi jika harga bahan baku tahu tempe tersebut tidak segera turun.

Dilain pihak, Kementerian Perdagangan memberikan subsidi sebesar Rp1.000 per kilogram untuk kedelai impor di pasar yang disalurkan melalui Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti), sebagai upaya membantu pengusaha tahu dan tempe tradisional.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, pihaknya memberikan subsidi tersebut untuk mengintervensi tingginya harga kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe.

"Subsidi Rp1.000 tersebut dapat diperoleh para produsen tempe dan tahu melalui Kopti Subsidi ini diharapkan dapat meringankan beban produsen terkait tingginya harga kedelai impor saat ini," kata Zulkifli Hasan seusai memberikan kuliah umum di depan ribuan mahasiswa baru di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jawa Timur, Kamis.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga kedelai per 26 September 2022 adalah Rp14.200 per kg,  naik 14,51 persen dibandingkan harga kedelai pada 24 September 2021 senilai Rp12.400. (Wanto)

Berita Terkait

Obrolan warteg : Rangkulan Politik

Jumat 30 Sep 2022, 06:07 WIB
undefined

News Update