Obrolan Warteg: Dangdutan Politik

Senin, 26 September 2022 06:49 WIB

Share

OBROLAN warteg. “Bro, kamu bisa dansa nggak?” tanya Heri mengawali obrolan bersama kedua sohibnya, mas Bro dan Yudi ketika maksi di warteg langganan.

“Orang kampung mana bisa dansa, yang ada dangdutan. Tinggal goyang sesuka hati, ga perlu pakai aturan,”  kata Yudi.

“Iya tinggal gerakkan badan, tangan dan kaki. Manggut –manggut boleh, tangan ke atas juga tidak dilarang. Yang dilarang kaki ke atas kepala orang lain,” ujar Heri.

“Yang aku tahu, dansa itu kan menari cara Barat yang diiringi musik. Dilakukan oleh pasangan pria – wanita dengan berpegangan atau berpelukan,” tambah mas Bro.

“Lain dengan joget dangdut, tanpa pegangan tangan, tanpa senggol sana – sini,apalagi sampai berpelukan, bisa-bisa pulang babak belur, “ ujar Yudi.

“Lantas bagaimana dengan dansa politik?” tanya Heri.

“Wah aku ga paham tuh. Apakah akrobat seperti dikatakan Ganjar Pranowo atau melakukan interaksi cukup intens, bergerak ke sana –kemari melakukan pencitraan di luar jalur partainya,” jawab mas Bro.

“Yang pasti dalam dansa diperlukan keserasian dan keseimbangan untuk menghasilkan gerakan yang smooth dan clean,” tambah mas Bro.

“Kalau disuruh memilih, saya joged dangdut saja, praktis. Yang penting goyang iringi musik sesuai selera, jadilah,” ucap Heri.

“Kalau Ayu pilih mana dansa K-Pop atau dangdut, “ tanya Yudi kepada Ayu Bahari, pemilik warteg.

Halaman
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar