JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Belakangan ramai jadi perbincangan kalau Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite yang diproduksi PT Pertamina Persero boros dalam pemakaian di kendaraan.
Baik itu kendaraan roda dua maupun roda empat, pertalite jadi gunjingan setelah pemerintah mencabut subsidi BBM jenis Ron 90 itu dan menaikan harganya menjadi Rp 10.000 per liternya.
Bahkan, belakangan ramai-ramai pemilik kendaraan, terutama mereka yang bekerja di sektor jasa angkutan umum menggunakan BBM dari SPBU swasta.
Meski menggunakan Ron 89 yang lebih rendah dari pertalite, ternyata menurut para pengguna hasilnya mesin kendaraan jadi oke, tarikan enteng, pemakaian lebih irit ketimbang BBM jenis Pertalite yang dijual SPBU plat merah.
Seorang pengguna motor Yamaha NMAX memposting perbandingan antara penggunana BBM "Si Biru" dan BBM Pertalite "SI Merah".
"Isi full tank sampai hilang 1 bar, tembus sampai 95 KM. Pemakaian dalam kota," kata akun dengan nama Fasa Canary, seperti yang dilihat Poskota.Co.Id pada Minggu (25/9/2022) malam.
Fasa menceritakan, saat menggunakan "Si Biru" ia melajukan motornya di dalam kota dengan santai. Tapi kadang juga "dibetot".
"Lebih banyak dibetotnya sih. Tarikan joss Coel sedikit handle gas langsung ngacir. Akselerasi cepat respon. Padahal cuma Ron 89. Beda dengan "Si Merah" yang Ron 90, harusnya secara logika lebih irit. Tapi dengan perbandingan isi yang sama, dapetnya dari "Si Merah" (pertalite) cuma 80 KM/liter," paparnya.
Di luar perdebatan adanya BBM "Si Merah" dan "Si Biru", British Petroleum atau BP --salah satu yang memasarkan produk BBM jenis lain di luar "Si Merah" dan "Si Biru"-- mengingatkan kepada pengguna BBM untuk tidak asal pilih bahan bakar.
Sebab, pemilihan bahan bakar motor akan berpengaruh pada keawetan mesin motor.
Dalam situs BP.Com, British Petroleum mengungkapkan bahwa penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang tepat membuat proses pembakaran di ruang mesin jadi lebih sempurna.
Dengan demikian akan berdampak pada performa mesin sepeda motor jadi lebih baik, konsumsi bahan bakar lebih irit, dan umur mesin jadi lebih panjang.
"Karena itu, pemilik motor perlu memperhatikan jenis bahan bakar yang sesuai dengan spesifikasi mesin motornya sebelum membeli," tulis BP.
BP mengingatkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli bahan bakar:
Pertama, Cek Buku Pedoman Pemilik. Saat membeli motor, biasakan membaca buku manual dari sebuah produk. Di dalamnya akan ada banyak informasi yang mungkin berguna.
"Salah satu informasi yang biasanya ada adalah jenis bahan bakar yang disarankan untuk motor tersebut," ujarnya.
Kedua, rasio kompresi. Jika kamu membeli motor second dan sudah tidak ada Manual Book atau Buku Pedoman Pemilik, cara kedua untuk memilih bahan bakar motor yang sesuai adalah dengan mengetahui Kompresi mesin pada motor.
"Hal ini merupakan salah satu yang menentukan bahan bakar apa yang paling ideal untuk kamu gunakan. Semakin tinggi rasio kompresi, maka nilai oktannya perlu lebih tinggi pula. Sebagai contoh, bahan bakar dengan kadar RON 90 ditujukan untuk kendaraan berasio kompresi 9-10," paparnya.
Di atas itu, lanjutnya, untuk 10-11 cocok memakai RON 92. Sedangkan rasio kompresi 11-12 lebih cocok pakai RON 95.
"Perlu diingat, jika kamu terus menggunakan bahan bakar yang tidak ideal maka ruang pembakaran pada motor akan lebih cepat kotor," tegasnya.
Tentu saja dengan salah memilih jenis BBM, akan mengganggu performa kendaraan yang dapat mengakibatkan pendeknya usia motor.
"Pilih pula bahan bakar yang memiliki formula untuk melindungi mesin dari penumpukkan kotoran. Seperti teknologi bahan bakar yang membantu melindungi mesin dengan jutaan molekul aktif yang menempel pada permukaan logam mesin.
Formula ini dapat dan membentuk lapisan pelindung yang membantu menghentikan pengikatan kotoran pada logam.
"Dengan cara ini, bahan bakar dengan teknologi aktif mampu melindungi mesin dari kotoran pada katup saluran masuk mesin," tutupnya.