JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Baru-baru ini, Presiden RI ke-6 sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan ada potensi kecurangan di Pilpres 2024 mendatang.
Pernyataan ini lantas ditanggapi oleh pengamat politik Adi Prayitno yang menyebut bahwa Partai Demokrat tengah menciptakan momentum sebagai oposisi untuk menyongsong Pemilu 2024.
Ia juga menyinggung pernyataan SBY yang curiga Pilpres 2024 akan ada kecurangan layaknya judul berita yang hiperbola tapi isinya biasa saja.
Sebelumnya dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat yang diadakan pada Kamis (15/9/2022), SBY mengaku harus turun gunung mengawal Pilpres 2024. Sebab, Presiden RI ke-6 itu mencium adanya bau kecurangan dan ketidakadilan pada pelaksanaannya nanti.
"Mengapa saya harus turun gunung menghadapi pemilihan umum 2024? Saya mendengar mengetahui bahwa ada tanda-tanda Pemilu 2024 bisa tidak jujur dan tidak adil," ujar SBY dalam forum Rapimnas yang diunggah DPD Partai Demokrat Sumatera Utara, dikutip Senin (19/9/2022).
Adapun, SBY menyampaikan pidato yang sifatnya internal di depan tiga ribu kader Demokrat. Namun, waktu itu pidato Presiden RI ke-6 itiu tertutup untuk media.
SBY menyampaikan ada skenario Pilpres 2024 nanti hanya diikuti dua calon presiden dan wakil presiden yang dikehendaki sebuah pihak. Namun, ia tidak menjelaskan siapa pihak yang menghendaki pasangan capres-cawapres tersebut.
"Konon akan diatur dalam pemilihan presiden nanti yang hanya diinginkan oleh mereka dua pasangan capres-cawapres saja yang dikehendaki oleh mereka," ujar SBY.
Di sisi lain, pengamat politik Adi Prayitno menilai bahwa tentunya Partai Demokrat ingin mengulang kesuksesan mereka pada Pemilu 2004 dan 2009 silam saat mereka jadi partai penguasa. Menurutnya, itu yang menjadi alasan SBY turun gunung.
"Kenapa SBY turun gunung? tentu SBY ingin mengulang sukses yang pernah dilakukan Demokrat ketika menang Pemilu 2004 dan 2009," ujar Adi Prayitno dalam sebuah acara di stasiun televisi swasta, Senin (19/9/2022).
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu menjelaskan, cara SBY mengulang kesusksesannya pada 2004 dan 2009 dengan membangun narasi bahwa pemerintahan Presiden Jokowi saat ini salah jalan.
"Tidak mengherankan kalau SBY dan AHY silih berganti mengkritik pemerintah," ungkap pengamat politik itu.
Terkait pernyataan SBY dan AHY yang silih berganti mengkritik pemerintah, menurut Adi itu memuat makna politik untuk memilih Demokrat dan AHY di Pilpres 2024 jika publik menginginkan perubahan.
Lantas terkait pernyataan SBY yang curiga ada potensi kecurangan di Pilpres 2024, menurutnya Adi pernyataan tesebut terkesan hiperbola atau berlebihan layaknya judul berita.
Adi juga heran mengapa SBY tidak menyebut adanya kecurangan pada Pilpres 2014 dann 2019. Padahal, saat itu hanya terdapat dua pasangan capres-cawapres.
"SBY itu mirip judul berita yang hiperbolis tapi isinya biasa-biasa saja. Kecurangan di 2024 tapi isinya tentang setting dua poros Capres. Soal poros Capres itu bukan kecurangan tapi murni soal bagaimana elite-elite partai meyakinkan elite yang lain untuk membikin funsi politik," terangnya. (*)