ADVERTISEMENT

Sayembara Demi Seorang PIL Bisa Bunuh Suami Baru Kawin

Sabtu, 17 September 2022 12:03 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JIKA cinta sudah melekat, tahi kucing pun terasa coklat. Begitu ngkali jalan pikiran Hertian (35), warga Humbahas (Sumut) ini. Tanpa seizin Kemensos dia bikin sayembara, “Jika bisa bunuh suamiku, boleh kita kawin!” Tobias, 37, pun berhasil mengeksekusi Tumbur, 40. Tapi hadiahnya bukan kawin, melainkan ditangkap.

Baru baunya saja tahi kucing itu tidak enak, apa lagi rasanya. Tapi bagi mereka yang sedang dimabuk cinta, tahi kucing rasanya menjadi selezat coklat impor dari Turki.

Apapun perintah sidoi akan dilaksanakan, meski itu perbuatan kriminal. Padahal belum tentu bisa berujung di kursi pelaminan. Jika tindak kriminal itu berupa pembunuhan, bisa masuk penjara puluhan tahun. Jangan salah, di negeri ini yang dapat diskon banyak hukuman baik di Pengadilan maupun MA hanyalah koruptor si tikus negara.

Ny. Hertian warga Humbahas (Humbang Hasundutan) adalah seorang istri yang merasa menyesal menjadi istri Tumbur. Berumah tangga sekian tahun lamanya, kekayaan tidak nambah, tapi yang nambah justru anak. Tumbur memang bukan suami yang rajin bekerja, lagian omongannya sering menyakitkan bagai sembilu. Jika pelawak Asmuni Srimulat masih hidup, pasti Tumbur akan diomelinya, “Sedikit kata-katamu, tapi sengak didengar!”

Bukan saja mulut, tangan juga suka beraksi. Maka misalkan bisa, ingin rasanya Tumbur ini ditukar saja, tukar tambah berapa juga nggak papa. Yang penting suami model Tumbur ini sudah tidak lagi nyepet-nyepeti mata. Sayangnya hingga kini belum ada system nilai yang mengizinkan tukar tambah pasangan hidup.

Di kala dia empet habis pada suami, kok ada lelaki yang mendekati. Tampangnya lumayan, lebih muda dari suami, namanya Tobias. Perangainya juga lembut, tidak srudak-sruduk macam suaminya. Lama-lama kesengsem juga Hertian pada cowok ini. “Mungkin ini pasangan dan mitra koalisiku sebelum 2024.” Pikir Hertian.

Tobias memang sudah mendeklarasikan cintanya, meski tidak di ruang terbuka semacam alun-alun. Namun demikian dia tak langsung mengiakan, hanya kepada Tobias dia bilang, akan dipertimbangkan. Sebab cari suami baru itu harus diseleksi ketat, paling tidak bisa diterima oleh anak-anak hasil perkawinannya dengan Tumbur.

Awal Agustus lalu Hertian – Tumbur menghadiri sebuah acara keluarga. Eh di sana suami mengomeli dirinya di depan publik, dengan kata-kata menyakitkan. Ini kan pembunuhan karakter dan elektabilitas. Untung saja saja dia tidak nyalon apa-apa, baik sebagai Caleg mapun Cabub. Kalau Camat (calon mati) memang iya, tapi enah kapan.

Kata-kata suami yang tak mengenakkan itulah menjadi pemicu untuk menerima proposal cinta Tobias. Namun agar tak nampak jual murah macam dagangan  hasil cuci gudang, Hertiaan mencoba bikin sayembara meski tanpa izin Kemensos di Jakarta. “Kita bisa kawin asalkan kau bisa bunuh suamiku.” Tantan Hertian pada si doi.

Namanya sedang kasmaran dan kebelet ingin “mbelah duren”, tanpa pikir panjang sayembara berhadiah cinta itu diladeninya. Tumbur yang sedang tunggu kebun di malam hari sendirian langsung dieksekusi oleh Tobias. Dengan sejumlah pukulan maut, suami Hertian itu wasalam dan kemudian “dimakamkan” di lumpur tebat yang kering.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT