Adib menilai, kekuatan trah atau dinasti sulit dihilangkan di Banten. Bahkan cenderung tidak dapat dilawan dengan isu-isu korupsi lantaran memiliki kekuatan finansial yang lebih.
"Di Banten, dinasti tidak bisa hilang. Parameternya ketika Atut, dinastinya banyak yang menang. Di Tangsel masih menang, Wakil Gubernur, itu menggambarkan masih tingginya nilai pragmatisme pemilih di Banten juga," ungkapnya.
Dengan melalui sistem politik yang oligarki, kata dia, demokrasi seolah dapat dikondisikan. Bahkan jika ada tokoh yang memiliki polularitas dan elektabilitas tinggi, politik oligarki mampu memborong partai politik untuk menenggelamkan lawannya.
"Kalau alam Banten dipimpin dinasti tidak beda dengan dulu-dulu. Karena politik kita transaksional, siapa yang berkuasa gampang pula dinasti jalannya mulus," ucapnya.
"Demokrasi cenderung bisa dikondisikan, demokrasi dinasti yang ada oligarki politik dan kekuasaan, itu yang terjadi," tambahnya.
Ia menuturkan, potensi yang paling unggul dari ketiga calon tersebut belum dapat dihitung karena masih prematur. Terlebih, pelaksanaan pencoblosan masih jauh di 2024.
Di sisi lain, penentuan pencalonan di 2024 bergantung pada pemenangan lewat Pemilihan Legislatif (Pileg).
"Kalau Iti ketika Demokrat bisa naik tinggi peluangnya lumayan. Tapi kalau Airin bicara tinggi tapi golkar nanti suaranya jeblok mau gimana," tuturnya.
(Bilal)