JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Baru-baru ini, fakta terbaru soal kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) terkuak. Ditemukan ada tiga butir peluru berbeda yang tertinggal di tempat kejadian perkara (TKP) di rumah dinas mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
Fakta baru ini kemudian disoroti oleh aktivis Irma Hutabarat yang mempertanyakan keprofesionalitasan Polri dalam menangani kasus pembunuhan Brigadir J.
Irma mengaku bahwa ia tak habis pikir mengetahui adanya ketidaksesuaian terkait jumlah selongsong peluru yang ada di tubuh Brigadir J. Ia mempertanyakan mengapa ada ketidaksesuaian walau kasus ini sudah berjalan selama 60 hari lebih.
"Sekarang ini sudah lebih dari hari ke-60, setiap hari ada cerita yang berbeda dan menambah kebingungan yang berbeda," ujar Irma seperti dikutip dari Channel YouTube salah satu TV Swasta.
Aktivis itu juga mempertanyakan barang bukti pistol yang digunakan oleh tersangka pembunuh Brigadir J.
"Sebetulnya pistolnya itu kan harus dijadikan barang bukti, dan biasanya ketika ada kasus pembunuhan, Humas selalu menunjukkan barang buktinya. Kita belum pernah lihat kan pistol yang dipakai itu apa, kalau ada tiga macam, ada Glock, ada HS, nah yang satu lagi ini apa?"," imbuhnya.
Irma menilai Polri tidak prosfesional dalam menangani kasus kematian Brigadir J. Sebab ada sejumlah fakta yang tidak pernah dikomunikasikan dan simpang siur.
"Ini kan bisa terus berkembang yang menunjukkan betapa tidak profesionalnya apa yang dikerjakan oleh kepolisian," tegas Irma.
"Sudah hari ke-62 baru tahu bahwa ada selongsong 3, lalu juga tidak pernah dikomunikasikan kepada publik jadi bisa simpang siur," pungkasnya.
Diketahui, sebelumnya Komnas HAM menyebut ada dugaan Briadir J ditembak oleh tiga orang eksekutor. Kesimpulan itu didapat setelah uji balistik yang dilakukan lembaga negara tersebut. Selain itu di tubuh Brigadir J ditemukan ada perbedaan luka.
Komnas HAM juga blak-blakan mengatakan bahwa istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi bisa jadi merupakan salah satu dari tiga eksekutor yang ikut menembak Brigadir J.
“Kaitan dengan tiga penembak, siapa yang penembak itu, pihak FS bilang itu cuma Bharada E. Tapi kalau kata Bharada E bukan cuma dia, maka bisa jadi saja ini tiga orang.,” kata Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik.
“Apa tidak mungkin misalnya penembaknya tiga orang? Poin utamanya adalah meminta penyidik mencari bukti-bukti pendukung yang kuat selain keterangan,” lanjutnya. (*)