JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Aksi heroik seorang ayah yang rela mengorbankan nyawanya untuk melindungi sang buah hati SSA (6), saat peristiwa kebakaran menjadi perhatian banyak pihak. Tak terkecuali Sosiolog Unika Atma Jaya Jakarta, Hubertus Ubur.
Menurut Hubertus, alasan yang paling dasar mengapa S rela mengorbankan nyawanya demi SSA, ialah sebagai bentuk kasih sayang orang tua terhadap anaknya, atau bentuk tanggung jawab terhadap keselamatan keluarganya.
"Untuk sementara alasannya ya kasih sayang atau wujud tanggungjawab terhadap keluarga. Tanggung jawab misalnya, dia lalai dalam pemasangan kabel listrik sehingga terjadi korsleting," kata Hubertus saat dihubungi, Rabu (14/9/2022).
Namun lanjut dia, hal ini bisa saja menjadi berbeda apabila ditemukan informasi lebih dalam ihwal sosok keluarga S, mulai dari keadaan ekonomi atau hubungan yang kurang harmonis.
Jika ada informasi tentang keadaan ekonomi misalnya, atau ada hubungan yang tidak beres antara suami istri, bahkan mertua. Bisa saja ini menjadi seperti 'pil' yang menjurus pada kesengajaan 'semacam bunuh diri'," ujar Hubertus.
Sangkaan tersebut, jelas dia, bisa saja diduga ada faktor kesengajaan pihak keluarga S yang membakar rumah dengan cara memasang kabel yang serampangan dan berpotensi menyebabkan terjadinya hubungan pendek arus listrik.
"Dari hal itu, kan publik akan terpukau dengan kebakaran dan lupa bahwa membakar itu adalah peluapan kekecewaan dan menghabisi nyawa tanpa akan dituduh membunuh," paparnya.
Menurutnya, peristiwa ini menjadi pelik ketika tidak ada upaya S dan istrinya TM untuk melarikan diri sebelum kobaran api semakin membesar.
"Yang agak aneh, sepertinya tidak ada upaya kabur keluar rumah, tetapi tetap saja di kamar sambil mendekam anak dan seolah-olah membiarkan diri terbakar bersama anak," imbuh dia.
"Hal aneh lain adalah istri, mengapa diam saja di kamar lainnya dan tidak melarikan diri atau teriak minta tolong. Pun suami juga tidak. Mengapa mereka diam saja di dalam rumah dan seperti membiarkan diri terbakar?," tuturnya.
Namun, dia menegaskan bahwa pernyataan tersebut masih hanya sekadar asumsi belaka dengan melihat hal-hal yang tidak dilakukan sebagai reaksi spontan manusia pada umumnya.
"Sebab, informasi lengkap tentang keadaan ekonomi dan hubungan sosial di antara orang dewasa ini juga tidak nampak dari pemberitaan yang saya baca," pungkas Hubertus.
Sebelumnya, peristiwa kebakaran terjadi di Jalan Asyafiyah, RT 007 RW 03 Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur pada Rabu (14/9/2022) pukul 04.15 WIB jelang fajar.
Kasie Ops Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Timur, Gatot Sulaeman mengatakan, dalam peristiwa tersebut ada 3 orang yang menjadi korban, sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit (RS) terdekat guna diberikan pertolongan medis.
"Korban dibawa ke RS Adiyaksa 3 orang atas nama TM (40) perempuan atau istri korban, SSA (6) laki-laki atau anak korban, dan S (40) laki-laki ayah SSA dan suami dari TM meninggal dunia di RS," kata Gatot dalam keterangannya, Rabu (14/9/2022).
Gatot menuturkan, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, S sempat melakukan aksi heroik dengan melindungi anaknya SSA ketika peristiwa kebakaran tersebut terjadi di kediamannya.
Hal tersebut, ujar Gatot, diketahui oleh warga yang berupaya untuk menyelamatkan keluarga tersebut dari amukan Si Jago Merah.
"Pemilik rumah Bapak S sudah dalam posisi telungkup melindungi anaknya SSA. Sementara istrinya TM berada di kamar sebelah dengan kondisi yang sudah lemas kehabisan oksigen," tuturnya.
"Warga berhasil menyelamatkan ketiga orang tersebut dan membawanya ke RS Adiyaksa. Namun, nyawa Bapak S tidak tertolong," sambung dia.
Adapun kronologi peristiwa kebakaran ini, terang dia, diketahui ketika pemilik rumah, yakni S mengendus bau terbakar di dalam rumahnya.
"Pemilik rumah terbangun karena menyium bau asap yang berasal dari ruang keluarga yaitu berasal dari meja dan sofa. Karena asap sudah mengepul warga bernisiatif menolong korban yang berada di dalam dengan memecahkan kaca jendela untuk masuk kedalam ruangan," terang Gatot.
Dia memaparkan, dalam peristiwa ini, pihaknya hanya melakukan pengecekan karena warga khawatir api masih berpotensi menyala kembali setelah berhasil dilakukan upaya pemadaman mandiri.
"Petugas mendapatkan informasi dari pelapor, bahwa ada kebakaran rumah, namun sudah padam. Petugas dimintai ke TKP hanya untuk pengecekan saja," ungkapnya.
"Untuk dugaan, terjadi korsleting listrik di bagian ruang keluarga," imbuhnya. (Adam).