Simak Pengakuan Bharada E yang Terbaru, Putri Candrawathi Menangis, Ferdy Sambo Marah, Brigadir J?

Senin 22 Agu 2022, 21:17 WIB
Richard Eliezer (Bharada E), Yosua Hutabarat (Brigadir J), dan Ferdy Sambo (Foto: ist/diolah dari google)

Richard Eliezer (Bharada E), Yosua Hutabarat (Brigadir J), dan Ferdy Sambo (Foto: ist/diolah dari google)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Richard Eliezer alias Bharada E membeberkan pengakuan terbaru terkait kondisi saat persitiwa pembunuhan Brigadir J atau Yosua Hutabarat di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo pada Jumat (8/7/2022) lalu.

Pengakuan tersebut dibeberkan oleh kuasa hukum Bharada E, Ronny Talapessy. Kendati demikian, Bharada E menyebut bahwa ia tidak tahu alasan mengapa ia harus mengeksekusi Brigadir J.

Ronny Talapessy menyebut bahwa Bharada E menyaksikan Putri Candrawathi menangis dan Ferdy Sambomarah ketika peristiwa pembunuhan Brigadir J.

 

Lebih lanjut, pengacara Bharada E menuturkan bahwa kliennya melihat orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan berencana terhadap Brigadir J. Mereka disebut berkumpul di lantai tiga rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Bharada E menjadi orang yang paling akhir dipanggil ke ruangan tersebut.

Menurut Ronny, pertemuan tersebut adalah rapat rahasia untuk menyusun skenario pembunuhan Brigadir J.

Adapun setelah melakukan eksekusi, Bharada E menyaksikan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi sedang membicarakan tentang Brigadir J.

 

 “Jadi memang ada proses waktu di lantai 3, ketika klien saya (Bharada E) dipanggil ke dalam suatu ruangan meeting, ruangan rapat bahwa ternyata memang sudah ada Ibu PC ini membicarakan mengenai tentang almarhum Yosua,” ujar Ronny Talapessy, dikutip dari Terkini.id pada Senin (22/8/2022).

Ronny menuturkan bahwa Bharada E tidak berbicara sama sekali dalam rapat perencanaan pembunuhan Brigadir J. Akan tetapi, kliennya menyaksikan Ferdy Sambo terlihat marah, sementara Putri Candrawathi menangis.

Akan tetapi, Ronny mengatakan bahwa Bharada E tidak memerinci apa yang membuat Putri Candrawathi menangis dan Ferdy Sambo marah.

 

“Klien saya menyampaikan bahwa waktu kejadian itu Ibu PC dalam keadaan menangis. Kemudian Bapak FS ini dalam keadaan marah. Nanti detailnya, ini kan nanti menjadi pembelaan di pengadilan,” ungkap Ronny Talapessy.

Ronny menekankan bahwa kliennya tidak berbicara pada momen tersebut. Bharada E hanya menyaksikan apa yang terjadi.

“Jadi perlu saya sampaikan klien saya tidak berbicara tetapi klien saya melihat bahwa ibu PC itu ada di ruangan lantai 3. Jadi pertemuannya itu Ibu PC, Pak FS, kemudian ada saudara RR. Yang terakhir dipanggil adalah Bharada ini, yang panggil itu saudara RR,” sambungnya.

Ronny Talapessy menegaskan bahwa Bharada E tidak tahu sama sekali motif Irjen Ferdy Sambo mengeksekusi Brigadir J. Klien Ronny menegaskan bahwa ia hanya menerima perintah. (*)

Berita Terkait
News Update