Saatnya Polri Berbenah Diri

Senin 15 Agu 2022, 12:42 WIB
Foto : Suasana Mabes Polri, Jl. Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jaksel. (Dok. Poskota)

Foto : Suasana Mabes Polri, Jl. Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jaksel. (Dok. Poskota)

Oleh : Irdawati, Wartawan Poskota

WAJAH institusi Polri kini sedang karut marut. Peristiwa pembunuhan dengan tersangka jenderal bintang dua, Irjen Ferdy Sambo (FS), telah membuat wajah kepolisian ibarat dilumuri lumpur. 

Pembunuhan Briptu Nofriansyah Yoshua Hutabarat (Brigadir J), adalah peristiwa terburuk yang menorehkan catatan kelam dalam buku sejarah Kepolisian Republik Indonesia. Sekaligus kado pahit HUT ke 77 Republik Indonesia.

Sejak peristiwa ini terungkap ke publik pada 11 Juli 2022 lalu, episode demi episode drama pembunuhan yang membuat publik tercengang. Seperti di luar nalar. "Gila ini, bener-bener gila." Begitulah kalimat muncul dalam perbincangan di masyarakat. Belum lagi isu liar yang menyebut Satgasus Merah Putih pimpinan FS yang belum lama ini dibubarkan Kapolri, telah berpraktik seperti mafia.

Mengerikan. Betapa tidak. Peristiwa sadis 'pembantaian' di rumah dinas sang jenderal terjadi secara masif dan terstruktur. Tak kurang dari 31 polisi terdiri perwira tinggi, perwira menengah hingga bharada terseret dalam pusaran kasus ini. Baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung, seperti merusak TKP maupun mencoba membelokkan kasus, serta peran lainnya yang dinilai melanggar kode etik. Menerapkan jiwa korsa untuk sebuah kejahatan.

Saat ini institusi Polri menanggung beban moril cukup berat. Karena peristiwa ini selain menampar wajah institusi, juga dapat mengikis kepercayaan masyarakat apabila tidak ditangani secara jujur dan transparan. Membangun kepercayaan publik (trust building) itu, bukan perkara mudah.

Kini, di pundak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo publik berharap wajah Polri bisa dibersihkan dari noda-noda yang mengotorinya. Karena bukan sekali ini kasus pidana melibatkan perwira tinggi maupun perwira menengah telah mencoreng lembaga kepolisian. Sebut saja kasus suap Joko Tjandra yang juga melibatkan perwira tinggi, Irjen Napoleon Bonaparte. Atau kasus suap yang membuat AKBP Brotoseno dipecat. Bisa jadi kasus FS hanyalah fenomena gunung es.

Jangan biarkan kebusukan-kebusukan yang ada di internal Polri menjadi penyakit menular. Harus segera diamputasi. Kita patut memberi apresiasi kepada Kapolri yang berani tegas mengungkap kebusukan di dalam institusi yang pimpinnya. Tentu saja publik harus mendukung kebijakan-kebijakan yang bertujuan membangun Polri dan seluruh personelnya, menjadi lebih profesional.

Semua harus menarik hikmah dari peristiwa tersebut. Bahwa, sikap arogansi baik kepada anak buah maupun masyarakat sipil kini bukan zamannya lagi. Karena di era digital ini pengawasan dari elemen masyarakat begitu kuat. Tidak ada lagi bisa ditutup-tutupi.

Ke depan, fungsi pengawasan dan pembinaan yang Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) Polri harus lebih ditingkatkan. Jadikan peristiwa ini sebagai momentum berharga bagi Polri untuk membenahi diri. Kita harus percaya, dari sekitar 450 ribu personel kepolisian, masih banyak polisi yang bisa membawa instusi  menuju Polri Presisi (prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan) seperti yang dicanangkan oleh Kapolri.**

Poskota TV

Inilah Sosok AKP Rita Yuliana yang Diduga Selingkuhan Irjen Ferdy Sambo

News Update