PAGI buta. Mpok Yati terlihat buru-buru keluar rumah. Menggendong anaknya yang masih balita, Mpok Yati bergegas mengendarai sepeda motor. Di jalan, ia berpapasan dengan Mpok Fatimah. Keduanya pun saling tegur sapa.
"Mau kemana Mpok? Kok buru-buru amat," tanya Mpok Fatimah.
"Mau ke Rumah Sehat. Si Ade dari semalam rewel," jawab Mpok Yati.
"Rumah seehat? Anak sakit bukannya dibawa ke dokter?"
"Iya, ini mau dibawa ke dokter. Makanya, aye mau ke rumah sehat?
"Emang rumah sehat adanya di mana sih, Mpok?"
"Lah, itu yang dekat kantor kecamatan. Masak iya, Mpok kagak tahu sih."
"Kalo yang dekat kantor kecamatan itu mah RSUD."
"Iya. Dulu, namanya RSUD. Sekarang namanya RSUJ."
"Bedanya apa, Mpok?"
"RSUD itu singkatan dari Rumah Sakit Umum Daerah. Nah, kalo RSUJ itu singkatan dari Rumah Sehat untuk Jakarta."
"Oh, gitu. Aye baru ngeh. Ada-ada aje ya? Emang siapa yang ganti sih, Mpok. Kan kita udah biasa nyebut Rumah Sakit."
"Yang ganti Pak Gubernur Anies. Katanya, biar orang-orang yang datang ke situ pada sehat. Bukan pada sakit."
Anies beralasan, penjenamaan RSUD menjadi Rumah Sehat untuk Jakarta (RSUJ) agar masyarakat lebih menyadari hidup sehat, sebagai upaya preventif untuk menurunkan angka kematian dan mengurangi biaya layanan kuratif.
Namun menurut anggota DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak, penjenamaan rumah sakit jadi rumah sehat mengalami kerancuan. Karena istilah Rumah Sehat telah digunakan dalam dunia kesehatan, yaitu untuk rumah tinggal yang sehat.
Karena alasan tersebut, ia mengatakan istilah rumah sehat tidak bisa dipakai untuk menggantikan istilah rumah sakit. Alasannya karena rumah sehat dan rumah sakit punya makna berbeda. (gusmif)
