Di dalam bukunya, Hasto banyak menulis soal budaya, yang dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari. Lewat 12 tulisannya terkait isu budaya, Hasto disebutnya menulis tentang hal seperti tri hita karana dan mewayu hayuning bawono, dan Pancasila. Semuanya menggambarkan soal keseimbangan dalam kehidupan.
“Sehingga kalau kita terapkan misalnya Pancasila, maka Indonesia bisa jadi bangsa luar biasa karena mencapai keseimbangan semuanya,” kata Azisoko.
“Dalam satu artikelnya, Pak Hasto menulis soal Sastra Jenda, salah satu kisah dalam Ramayana, dan dikaitkan dengan isu penundaan pemilu dan perpanjangan periodisasi presiden. Luar biasa. Menurut saya kita harus bangga punya seorang Hasto Kristiyanto,” tambah pria yang biasa dipanggil Dimas.
Menurut Azisoko, buku Hasto ini sangat penting karena menunjukkan budaya bangsa sangat penting sebagai pertahanan bangsa kita. Tak seperti sekarang dimana Indonesia memang diserbu berbagai budaya dan produk budaya asing.
“Ini yang harus kita ajarkan, kecintaan budaya bangsa kita, jangan sampai sampai punah. Saya harap generasi muda membaca buku ini, menguri-uri budaya bangsa sendiri supaya budaya bangsa kita makin kuat,” tandasnya.
Hasto sendiri hadir di acara peluncuran buku Suara Kebangsaan itu. Selain Amarulla dan Azisoko, Mantan Menhan RI Prof. Purnomo Yusgiantoro,Phd jadi pembicara di acara tersebut.
Hadir di acara itu Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Rokhmin Dahuri dan Wiryanti Sukamdani, Anggota DPR Fraksi PDIP Deddy Yevri Sitorus, Mochamad Herviano Widyatama (juga Ketua Umum BMI), dan Adian Napitupulu, Ketua Fraksi PDIP DPRD Jakarta Gembong Warsono, Ketua Umum DPN Repdem Wanto Sugito. (Wanto)