JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Perubahan nama RSUD menjadi Rumah Sehat untuk Jakarta oleh Gubernur Anies Baswedan di ibu kota disorot banyak pihak.
Ketua Relawan Kesehatan Indonesia (Rekan Indonesia) Agung Nugroho mengatakan, perubahan itu diharapkan tidak sekedar branding semata. Melainkan, agar benar-benar membangun upaya preventif dan promotif kesehatan.
"Karena titik tekan seperti yang disampaikan Gubernur DKI dari penjenamaan Rumah Sehat adalah soal preventif dan promotif kesehatan.
Agar bisa terbangun upaya preventif dan promotif kesehatan di masyarakat, kata Agung, butuh keseriusan dari Dinkes DKI.
"Jangan sampai dalam pelaksanaannya hanya sebatas seremonial tanpa pernah bersungguh-sungguh membangun upaya preventif dan promotif kesehatan di tengah masyarakat," kata Agung.
Dengan demikian, lanjut Agung, kolaborasi benar-benar terwujud dalam melaksanakan pembangunan upaya preventif dan promotif kesehatan di tengah masyarakat.
Agung melihat selama ini upaya preventif dsn promotif kesehatan yang dijalankan Dinkes DKI hanya seremonial belaka, dan hanya bersifat promotif kesehatan tanpa dibarengi dengan preventif kesehatannya.
"LIhat saja masih banyak jajanan tidak sehat yang dijual di sekolah-sekolah. Masih banyak warga yang mengkonsumsi narkoba. Masih banyak jentik nyamuk sehingga masih banyak yang kena DBD, dan lainnya," kata Agung.
Sederet masalah tersebut, menurut Agung, merupakan bukti Dinkes tidak melakukan upaya preventif di tengah masyarakat.
Dengan kinerja Dinkes seperti itu, Agung mengaku pesimis branding Rumah Sehat yang dicanankan Anies bisa sesuai harapan.
"Membenahi sistem rujukan saja selama empat tahun ini tidak pernah beres," kata Agung.
Sebab, sambung Agung, masih ada keluarga pasien yang harus keliling Jakarta hanya untuk mencari rumah sakit yang bisa menerima rujukan untuk keluarganya yang sakit.
"Padahal itu menjadi tugas rumah sakit dalam hal ini Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)," kata Agung.
Karena itulah, Agung menekankan, selama Dinkes diisi pejabat-pejabat yang tidak peka terhadap kegelisahan warga dan alergi berdekatan dengan warga di bawah maka tidak akan terealisasi peningkatan upaya preventif dan promotif kesehatan.
"Dekat dengan warganya jangan hanya ketika ada even dan ada media, kedekatan itu harus terbangun dengan bekerja bergandengan tangan dengan warga untuk mewujudkan pembangunan preventif dan promotif kesehatan yang berbasis partisipasi aktif warga," demikian Agung. ()