ADVERTISEMENT

Kopi Pagi Harmoko: Pamer Keberhasilan

Kamis, 28 Juli 2022 06:20 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Semakintinggiprestasi,kiantinggielektabilitasnyasebagaibakalcapres,hendaknyasemakinrendahhati.Itulahtokohpanutanyangdibutuhkandierasekarangdanmendatang

-Harmoko-

PAMER keberhasilan dan prestasi bukan hal baru dan tabu dalam dunia politik pencitraan di level manapun, lebih – lebih menghadapi hajatan pilpres dan pilkada. Kita mencermati, pamer prestasi mulai digulirkan. Ini tidak bisa ditutupi, mengingat publik dengan cerdas sudah mencium aroma “keharuman” yang hendak ditebarkan kemana arah dan tujuan.

Keberhasilan, layaknya, akan dipamerkan calon petahana (incumbent) guna mendongkrak kembali tingkat keterpilihan. Mengkritisi kebijakan dengan segala kekurangan yang menyertainya, akan dikemas oleh pesaingnya sebagai visi dan misi, sekaligus solusi yang ditawarkan (problem solving) untuk mengalahkan petahana.

Pada pilpres 2024, dapat dipastikan tak ada lagi petahana. Semuanya pendatang baru, mesti tidak menutup kemungkinan adanya tokoh lama yang mencalonkan atau kembali dicalonkan oleh parpol pengusungnya.

Tebar pesona dengan memamerkan keberhasilan sangat memungkinkan bagi mereka yang sedang memegang jabatan dan kekuasaan sebagai menteri, gubernur atau kepala institusi/lembaga negara lainnya.

Yang tidak memegang jabatan atau memiliki kekuasaan, sementara hanya bisa gigit jari, sulit berharap meningkat elektabilitasnya baik sebagai bakal capres ataupun kepala daerah.

Sayangnya tidak semua tokoh yang menjabat memiliki kemampuan untuk pamer keberhasilan. Selain, memang tidak cukup memiliki prestasi, jauh dari harapan rakyat, tidak punya prestasi yang patut dibanggakan, ditunjang lagi tidak memiliki kemampuan mengemas sebuah prestasi.

Soft campaign yang dikumandangkan pun acap masih menuai keraguan sementara kalangan. Bagi yang cerdas dan berkualitas, peluang mengukir prestasi yang terbuka lebar akan terus dikejar dengan mengubah keraguan menjadi kepercayaan.

Hanya saja, jalan buntu kadang tiada berlalu hingga jalan pintas pun diterabas meski tidaklah pantas, tidak selaras dengan jati diri bangsa, tak sejalan dengan demokrasi Pancasila yang kita anut.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT