JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara ini sedang melambat.
Dia mengakui AS berisiko mengalami resesi. Menurutnya, penurunan kegiatan perekonomian tidak bisa dihindari.
Yellen berbicara di "Meet the Press" NBC pada Minggu (24/7/2022) mengatakan jumlah perekrutan yang kuat dan belanja konsumen menunjukkan ekonomi AS saat ini tidak dalam resesi.
"Ini bukan ekonomi yang sedang dalam resesi," kata Yellen sebagaimana dilansir Reuters, Senin (25/7/2022).
“Tapi kita berada dalam periode transisi di mana pertumbuhan melambat dan itu perlu dan tepat."
Yellen mengatakan inflasi "terlalu tinggi" dan kenaikan suku bunga Federal Reserve baru-baru ini membantu membawa harga yang melonjak kembali terkendali.
Selain itu, pemerintahan Biden menjual minyak dari Cadangan Minyak Strategis, yang menurut Yellen telah membantu menurunkan harga gas.
“Kami telah melihat harga gas hanya dalam beberapa minggu terakhir turun sekitar 50 sen (satu galon) dan seharusnya ada lebih banyak lagi dalam pipa,” katanya.
Yellen, yang sebelumnya menjabat sebagai ketua Federal Reserve, berharap The Fed dapat cukup mendinginkan ekonomi untuk menurunkan harga tanpa memicu penurunan ekonomi yang luas.
"Saya tidak mengatakan bahwa kita pasti akan menghindari resesi," kata Yellen.
"Tapi saya pikir ada jalan yang membuat pasar tenaga kerja tetap kuat dan menurunkan inflasi."
Produk domestik bruto AS, ukuran kesehatan ekonomi yang luas, menyusut pada tingkat tahunan 1,6% pada kuartal pertama.
Kemudian, sebuah laporan pada hari Kamis diperkirakan menunjukkan kenaikan hanya 0,4% pada kuartal kedua.
Yellen mengatakan bahwa bahkan jika angka kuartal kedua negatif, itu tidak akan menandakan bahwa resesi telah terjadi, mengingat kekuatan di pasar kerja dan permintaan yang kuat.
“Resesi adalah kelemahan berbasis luas dalam perekonomian. Kami tidak melihat itu sekarang," katanya.
Jurnal beberapa ekonom dan analis secara tradisional mendefinisikan resesi sebagai dua kuartal berturut-turut dari kontraksi PDB.
Tetapi kelompok riset swasta yang merupakan penengah resmi resesi AS malah melihat berbagai indikator, termasuk pekerjaan dan pengeluaran.
Perekrutan AS tetap kuat pada bulan Juni, dengan 372.000 pekerjaan diciptakan dan tingkat pengangguran bertahan di 3,6%. Itu adalah kenaikan pekerjaan keempat bulan berturut-turut lebih dari 350.000.
Namun, data pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja melemah dengan klaim baru untuk tunjangan pengangguran mencapai titik tertinggi dalam delapan bulan.