Kopi Pagi

Jangan Tergiur “Tiga Ta”

Kamis 21 Jul 2022, 06:28 WIB

“Di era sekarang dituntut  keberanian mengungkapkan data, fakta dan peristiwa sebenarnya, bukan menyembunyikannya. Jujur mengungkap kebenaran, di balik ketidakbenaran yang menyelimutinya..” - Harmoko
 
Ada pitutur luhur mengingatkan kepada kita semua agar senantiasa tidak sampai tergiur, tergoda ataupun terjebak kepada “Tiga Ta” – harta, tahta dan wanita. Banyak tokoh hebat dunia terjerembab karena “ta” tadi. Tak sedikit pula tokoh negeri kita lengser dari singgasana, tergelincir karena “harta” dan tak mampu menahan godaan “wanita”.

Sudah ratusan pejabat; ada menteri, gubernur, bupati, walikota dan wakil rakyat terjerat kasus hukum karena terlihat korupsi, ingin menumpuk harta, terobsesi hendak melanggengkan kekuasaan dan jabatan. Tak sedikit juga karena tergoda wanita, jabatan lepas dari dirinya.

Mencari harta, meraih jabatan (tahta) dan merasakan cinta adalah kewajiban manusia dalam menjalankan kodratnya. Tetapi, jangan sampai terkungkung karenanya.

Memiliki mobil mewah tidak masalah, membangun rumah megah bak istana raja, bukan pula masalah. Yang menjadi masalah, jika untuk memilikinya menjadi tujuan utama dengan menghalalkan segala cara. Tipu sana – tipu sini, mengumbar pungli, manipulasi,gratifikasi dan korupsi.

Meraih jabatan adalah harapan, tetapi tidak lantas menebar harapan palsu kepada masyarakat, mengumbar janji – janji, melakukan transaksi politik, lebih – lebih menebar kebencian kepada lawan.
Ini cara – cara tidak wajar, tak hanya melanggar etika dan norma, juga tidak bermoral. Fakta di depan mata, banyak yang mengejar harta, sampai lupa diri.

Ada filosofi Jawa mengatakan "Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman" - Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.

Pitutur Sunan Kalijaga ini mengajak kita semua untuk tidak tergoda oleh situasi yang ada di sekitar kita. Tidak dapat dipungkiri realitas dunia yang begitu mempesona dapat menyihir mata, telinga, hati dan jiwa. Godaan ada di sekeliling kita, datang tanpa diundang seolah ingin menguasai diri kita agar terus terpana.

Lantas apa yang harus dilakukan guna menghindari godaan?
Jawabnya kembali kepada masing – masing diri kita. Mampukah mengendalikan diri dari pesona dunia. Sekali tergoda, dapat dipastikan akan mengulanginya dengan beragam cara, di antaranya menyembunyikan fakta dengan  menutupi kesalahan yang telah diperbuatnya.

Jika dia seorang yang memiliki kekuasaan, akan menggunakan kekuasaan  untuk menutup rapat bentuk penyelewengan. Dengan kekuatannya akan membungkam pihak yang dirasa akan mengungkapnya. Padahal, apapun bentuk penyelewengan, harus diungkap ke permukaan secara transparan dan penuh kejujuran. Siapapun dia, apapun pangkat dan jabatannya.

Di era sekarang dituntut  keberanian mengungkapkan data, fakta dan peristiwa sebenarnya, bukan menyembunyikannya. Jujur mengungkap kebenaran, di balik ketidakbenaran yang menyelimutinya seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Memang sulit untuk jujur, karena kejujuran kadang membuka aib dan menyakitkan orang lain. Tapi, sesakit apapun sebuah kejujuran, akan lebih menyakitkan ketika kebohongan terungkap.

Yang pasti kejujuran mendatangkan ketenangan, sementara kebohongan menimbulkan kerisauan karena ada kekhawatiran akan terbongkarnya sebuah dusta.  Pepatah mengatakan “sopo sing jujur, makmur, ora jujur bakal ancur “ – Siapa yang jujur bakal makmur, sedangkan yang tidak jujur akan hancur.

Yang hendak saya katakan adalah jangan karena terbius “Tiga Ta”, lantas menyembunyikan fakta dan peristiwa untuk melindunginya. Jangan karena berlatar belakang “Tiga Ta” , kemudian semena – mena, semaunya dengan segala cara menutupi kesalahannya.

Ini sikap yang bertentangan dengan nilai – nilai luhur falsafah bangsa kita, Pancasila. Sikap semacam ini menjadi contoh keburukan, apalagi jika dipertontonkan oleh pejabat publik, yang mestinya menjadi panutan dalam menegakkan keadilan.

Mari, jangan mudah tergoda pesona dunia yang dapat mengubah fakta menjadi dusta. ( Azisoko )

Tags:
Kopi Pagiharmoko

Administrator

Reporter

Administrator

Editor